
Nalar Politik – Satu pertanyaan yang sampai hari ini masih mendesak: apakah perguruan tinggi masih relevan atau apakah universitas masih diperlukan dalam hal akses ilmu pengetahuan?
Menurut Lutfhi Assyaukanie, pendiri portal Qureta, jika kuliah kita maknai sebagai upaya mencari ilmu pengetahuan, maka jelas bahwa perguruan tinggi atau universitas sudah tidak relevan lagi. Dalam artian, sudah kurang penting sebagai sarana mencari ilmu pengetahuan.
“Di zaman internet ini, akses ilmu pengetahuan bukan hanya di perguruan tinggi (universitas). Bahkan, pengetahuan terbanyak yang didapat orang sekarang ini ada di luar tembok kampus,” ujar Luthfi melalui keterangan tertulis di akun Facebook-nya, Jumat (1/9/2017).
Dulu, terangnya, banyak orang yang memandang belajar di perguruan tinggi adalah hal yang utama. Sebab, di tempat ini, orang tidak hanya akan mendapat ilmu pengetahuan sesuai yang mereka kejar, tapi juga—jika lulus—mendapat ijazah.
“Ijazah tetap dipandang penting, karena masih banyak institusi maupun perusahaan yang mensyaratkan tanda kelulusan (ijazah) jika seseorang ingin melamar pekerjaan,” tulisnya.
Akan tetapi, lain halnya dengan mereka yang mau berwirausaha atau bekerja sendiri. Lutfhi mencontohkan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, yang dengan sadar berhenti kuliah (belajar secara formal di perguruan tinggi) dan memutuskan untuk mendirikan usaha sendiri.
“Dan berhasil. Tapi, berapa banyak orang seperti Zuck? Berapa banyak orang yang tak kuliah kemudian berhasil dalam hidupnya?”
Umumnya, tulis Lutfhi kembali, orang yang tak kuliah dan berhasil adalah mereka yang telah “melampaui” institusi perkuliahan. Mereka bukannya tidak kuliah, tapi berhenti dari kuliah. Alasannya, karena bisa mencari pengetahuan sendiri dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan, untuk dirinya dan orang lain.
“(Maka) mungkin pertanyaannya harus diubah. Bukan apakah kuliah penting, tapi apakah perguruan tinggi masih relevan; apakah universitas masih perlu,” jelasnya.
Sebelum berkembang pesatnya internet, perguruan tinggi memang menjadi satu-satunya akses ke ilmu pengetahuan. Baru setelah internet meluas, perguruan tinggi seolah kehilangan rasion d’etre-nya (tujuan dari eksistensinya).
“Orang bisa lebih pintar dengan mengakses beragam sumber pengetahuan yang disediakan internet. Bahkan, kuliah di kelas-kelas bertembok sudah digantikan dengan kelas-kelas virtual yang bisa diakses oleh siapa saja dan dari mana saja,” jelasnya kembali.
Jadi, apakah kuliah di sebuah universitas/perguruan tinggi itu masih penting?
“Menurut saya, tetap penting, setidaknya sampai proses disrupsi (ketercabutan) dalam dunia pendidikan ini menemui bentuk finalnya. Mungkin, dalam 10-20 tahun lagi, kita akan mencampakkan UI, ITB, Harvard, MIT, seperti kita mencampakkan piringan hitam, kaset, mesin tik, dan Nokia,” pungkasnya.
___________________
Artikel Terkait:
- Figur Presiden Lebih Kuat daripada Partai Politik - 8 September 2023
- Rakyat Indonesia Menolak MPR Jadi Lembaga Tertinggi Negara - 27 Agustus 2023
- Tren Dukungan Bakal Calon Presiden 2024 - 25 Agustus 2023