
Lihat, inilah aku yang berjalan setelah kepergian
Bersama lipatan kenang yang masih erat digenggam
Lalu, kadang kala kukunjungi masa lampau
Berbaring di sana mengingat bahwa kita pernah sedekat daging dan tulang
Ternyata mengikhlaskan tak semudah melangkahkan kaki ke depan
Barangkali rindu adalah cobaan
Ternyata pula menangis lebih mudah dilakukan
Bila saja tertawa tak begitu rumit ditemukan
Lihat, itulah kau yang tetap kupeluk erat
Meski satu per satu ingatan tetap berguguran
Lalu, dengan segenap upaya yang kubuat
Merapal doa atas namamu yang tetap hidup di dalam pikiran
Titip Rindu pada Secangkir Kopi
Kau bosan bicara senja
Kau ingin bermain kata
Kata sederhana untuk kau terka
Tentang napas yang habis oleh duka
Perihal makna yang tak henti dibalut luka
Tidak pernah mampu menguak semua
Hingga mengkristal lalu sesak di dada
Segalanya mengendap bak masa lalu yang tak ingin kau ingat lagi
Semua tentang lalu telah terkubur dalam sepi
Sepi yang disambut dengan sejuta tanya tanpa henti
Tentang dirinya yang larut dalam secangkir kopi
Kopi manis yang menemani kala kau kedinginan ditemani sunyi
Rindu yang larut lalu kau teguk kembali
Seperti ingin menyudahi
Namun tak mampu mengakhiri
Tersesat dalam Gelap
Berselimut hitam pekat
Rasa hampa kian melekat
Dalam gemerlap aku terjerat
Dalam gelap aku tersesat
Jalan berliku setapak penuh debu
Terlukis elok di dinding netra
Membuncah tanya di relung jiwa
Hanya angin berbisik
Sukma kian terusik mencuat nestapa
Lirih menjelma air mata
Kala sunyi mendera
Raga tiada lelah mengiba
Pada yang kuasa untuk hadirkan lentera.
Kembali kaki berlangkah.
Berada pada jalan lurus nan indah.
Bukan Aku
Terkurung aku dalam penjara hatiku
Terlonta aku dalam langkah jeraku
Terbimbing aku oleh air mataku
Terlarut aku dalam derai tangisku
Yang mengajariku menerima semua kenyataan yang telah terjadi
Tak ada yang bisa kupersembahkan
Dari kesedihanku untuk kebahagianmu
Hanya bangkai senyum kepaksaan
Yang terikat sehelai petasan tangisan
Setapak demi setapak langkahku beriringan dengannya
Dan aku hanya berusaha tegar berdiri
Mencoba mengikhlaskan hati dan jiwa
Menatapmu dari jauh dengan tangan merangkul
Mengharapmu menoleh ke belakang
Meskipun engkau merasa
Oh, rasanya tak ada yang tertinggal
Embusan Angin Surga
Masih terdengar suara merdu itu
Di antara detak jantung dan sunyi lamunanku
Di antara kerinduan dan bujukan cinta
Timbul tenggelam rasa duka
Mengalir pada arus yang sama
Sehingga sulit buatku untuk membedakannya
Semerbak wangi terbawa ke angkasa
Menghiasi cakrawala dan alam semesta
Melengkapi indahnya langit hingga terwujud dalam sebuah aura
Mengharap aku mampu menggapainya
Menggapai nirwana yang berdiri tegak di atas pusara masa
Terpaku aku berdiri di antara ilalang yang membentang
Terasa embusan angin sejuk merasuk jiwa
Seolah berkata padaku dengan suara mesra
Ya inilah angin surga
Yang diembuskan pada setiap manusia yang terluka dan berduka
Sayang manusia tak dapat melihatnya
Perih dan getir menjadi halangan baginya
Butuh sebuah kebesaran jiwa untuk merasakannya
Apa yang dinamakan embusan angin surga
- Ketika Para Seniman Masuk dalam Panggung Politik - 28 Juni 2023
- Tentang si Enu dari Kutub Utara - 2 Februari 2023
- Kata Hati - 22 Januari 2023