ASEAN CBT Dorong Iklim Pariwisata Indonesia yang Berkesinambungan dan Inklusif

ASEAN CBT Dorong Iklim Pariwisata Indonesia yang Berkesinambungan dan Inklusif

ASEAN-Korea Centre berusaha mendorong iklim pariwisata Indonesia yang berkesinambungan dan inklusif. Agenda tersebut dientaskan melalui program ASEAN Community-based Tourism (ASEAN CBT)—terselenggara di Yogyakarta, 2-8 Januari 2019—kerja sama Kementerian Pariwisata dan Universitas Gadjah Mada.

Menurut Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Perdesaan dan Perkotaan Kemenpar, Vitria Ariani, acara ini dimaksudkan untuk ajang memperkenalkan Indonesia, dari wisata hingga budaya lokal, ke publik luas.

“Untuk mengenal Indonesia, kamu harus melihat, merasakan, dan mengeksplorasi segala tentangnya. Kehadiran peserta dalam kegiatan ini diharapkan dapat memberi dampak positif pada lingkungan sosial, ekonomi, dan lingkungan di masing-masing negara yang terlibat,” kata Vitria dalam sambutannya.

Ia juga mengharapkan keterlibatan aktif para peserta, terutama dalam mempromosikan kegiatan ini. Ia ingin semua yang terlibat bisa mendokumentasikan setiap rangkaian kegiatan yang berlangsung, baik dalam bentuk tulisan maupun gambar/foto.

“Membagikannya melalui media sosial masing-masing adalah langkah paling mudah untuk ditempuh para peserta kegiatan ini.”

Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat menjalin keakraban dengan saling bertukar budaya, mempercepat pengembangan investasi, menciptakan persamaan pembangunan di tiap wilayah, serta memenuhi sumber daya manusia bagi setiap keperluan pariwisata.

Di kesempatan yang sama, Sekretaris Umum AKC, H.E. Lee hyuk, mengungkap bahwa ketertarikan orang terhadap negara Indonesia berangkat dari keragaman budayanya.

“Indonesia memberikan daya tarik sehingga memunculkan dorongan bagi kami untuk terjun dan bersinggungan secara langsung dengan alam Indonesia. Hasilnya, keingintahuan kami sudah terjawab dan disuguhkan dengan keramah-tamahan masyarakat Indonesia,” ujarnya.

Antusiasme Peserta

Para peserta ASEAN CBT pun mengaku senang dengan program kepariwisataan ini. Seperti diungkap salah satu perwakilan dari Korea, ASEAN CBT memberi banyak manfaat, termasuk mengharapkan kegiatan serupa bisa berlangsung ke depan.

“Kegiatan ini terasa begitu singkat. Saya justru ingin lebih lama di sini. Memberi banyak pengetahuan yang apabila dieksplor pada rekan-rekan di Korea akan membutuhkan waktu yang sangat panjang, tidak ada habisnya,” tuturnya.

“Semoga kegiatan ini terus eksis sehingga dapat memfasilitasi hasrat kaum milenial yang menaruh perhatian pada dunia parawisata,” tambahnya.

Peserta dari perwakilan Indonesia juga menyampaikan hal serupa. Ia mengaku bangga karena telah dipercaya menjadi tuan rumah dan menyambut rekan-rekan mahasiswa ASEAN.

“Kegiatan ini menumbuhkan semangat dan tanggung jawab kami untuk terus menjaga alam, budaya, dan destinasi Indonesia, sekaligus menjadi agen dalam mengeksplor alam Indonesia lebih luas lagi,” pungkasnya.

Rangkaian Kegiatan

ASEAN CBT merupakan acara tahunan ASEAN-Korea Centre. Sebelumnya, di tahun 2017, acara serupa diselenggarakan di Thailand.

Dan di Indonesia, 2018, acara ini mengambil tema Youth Fostering Sustainable Tourism Development. Tujuannya, mendorong iklim pariwisata di berbagai negara agar tetap berkesinambungan dan inklusif melalui berbagai program, seperti hands-on cultural experience, study visits, ecotourism activities, dan experiential learning.

Para peserta berjumlah 25 mahasiswa, terdiri dari 12 mahasiswa asal Korea dan 13 dari negara-negara ASEAN lainnya. Acara berlangsung di Desa Wisata Nglanggeran, Yogyakarta, Indonesia.