Blok Masela: Untuk Apa dan Siapa?

Blok Masela: Untuk Apa dan Siapa?
©Ekonomi Bisnis

Melihat realitas yang terjadi Blok Masela sepertinya hanya untuk kepentingan kelompok tertentu atau oligarki saja.

Kekayaan sumber daya alam (SDA) merupakan sesuatu yang sangat penting terhadap keberlangsungan hidup masyarakat, bangsa dan negara. Keberadaan SDA berpotensi dalam menjamin kesejahteran masyarakat, bangsa dan negara itu sendiri. Terdiri dari banyak pulau-pulau (besar maupun kecil) menjadikan Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang paling banyak memiliki SDA yang terkandung di dalamnya.

Sumber daya alam (SDA) di Indonesia tidak terbatas pada kekayaan hayatinya saja. Berbagai daerah di Indonesia juga dikenal sebagai penghasil berbagai jenis bahan tambang, seperti petroleum, timah, gas alam, nikel, tembaga, bauksit, timah, batu bara, emas, dan perak.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum, Kementerian Dalam Negeri yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik bahwa Indonesia memiliki 17.504 pulau di Indonesia yang tersebar di 32 provinsi dan dari sebagian pulau-pulau itu terdapat SDA yang dimaksud. Seperti di Riau ada penghasil minyak, di Sumatra ada batu bara, di Bangka Belitung ada timah, di Kalimantan ada gas alam, di Papua ada tambang emas, dan di Maluku ada kilang minyak dan gas alam yakni Blok Masela yang letaknya tepat di Kabupaten Maluku Barat Daya, Laut Arafuru.

Mengenai keberadaan Blok Masela dari awalnya sampai hari ini tentu kita harus bertanya bahwa segala kekayaan Blok Masela yang terkandung di dalamnya untuk apa dan siapa. Hal ini mesti dijawab dan ditindaklanjuti dengan baik, adil, dan bertanggung jawab oleh para elite yang ada di pusat maupun di daerah sebagai pemangku kebijakan.

Blok Masela

Masela adalah pulau yang ada gas alamnya. Pulau Masela merupakan salah satu pulau-pulau terluar yang ada di Kabupaten Maluku Barat Daya yang berbatasan langsung dengan dua negara yaitu Timor Leste dan Australia.

Pulau Masela secara astronomi terletak antara 08° 05′ 25,29″ – 08° 13′ 58,94″ LS dan 129° 48′ 11″ – 129° 56′ 9,55″ BT. Sedangkan letaknya secara geografis dibatasi oleh sebelah selatan Laut Timur, sebelah utara Laut Barat, sebelah timur Laut Arafuru, dan sebelah barat Laut Arafuru.

Blok Masela memiliki luas area sekitar 4.291,35 km. Terletak di Laut Arafuru, sekitar 800 km sebelah timur Kupang, Nusa Tenggara Timur atau 400 km di utara kota Darwin, Australia, dengan kedalaman 300-1000 meter. Ini yang membuat Blok Masela berada pada area upper sloper dari paparan continental Australia.

Blok Masela adalah salah satu blok yang memiliki cadangan gas terbesar di Indonesia. Cadangannya mencapai 10,73 Trillion Cubic Feet (TFT). Begitu besar jumlah cadangan tersebut, sehingga Blok Masela disebut lapangan (gas) abadi. Lapangan gas abadi berada di Blok Masela bagian timur laut Timor, Indonesia bagian timur, sepanjang perbatasan internasional Indonesia dengan Australia.

Realitas yang Terjadi

Saat ini, hak partisipasi Masela dimiliki Inpex Masela Ltd yang sekaligus bertindak sebagai operator sebesar 65 persen dan sisanya punya Shell Corporation sebesar 35 persen. Blok Masela ditargetkan dapat memproduksi gas 421 juta kaki kubik per hari (mmscfd) dan minyak 8.400 barel per hari.

Lalu pertanyaan sederhananya, Indonesia dalam hal pengelolaan dan juga pendapatan blok masela dapat apa? Dengan melihat hasil produksi blok masela dari pihak asing sebagai pengelola yang cukup luar biasa besarnya. Sebab, makin banyak hasil produksi dan saham maka akan membawa keuntungan yang juga besar bagi pihak asing.

Ditambah lagi dengan masih ada kehadiran para pemangku kepentingan pada proses bagi-bagi hasil dan jatah preman yang sering terjadi dalam dunia persilatan (bisnis) di Indonesia. Diketahui bahwa keuntangan yang didapat pemerintah Indonesia dari saham Blok Masela dari hasil penjualan gas, pemerintah akan menerima sekitar US$ 39 miliar atau setara Rp 542,49 triliun sejak berproduksi pada 2027 sampai 2055.

Dari investasi tersebut, Indonesia akan mendapatkan bagi hasil minimal 50% dari produksi Blok Masela. Jika investasi bisa lebih rendah dari US$ 19,8 miliar, bagi hasil yang didapat pemerintah bisa lebih besar. Sebab, pemerintah menerapkan skema sliding scale dalam kontrak bagi hasil cost recovery-nya.

Pengembangan Blok Masela juga diklaim dapat menimbulkan efek berganda secara nasional maupun lokal. Di tingkat nasional, potensinya mencapai USD 153 miliar serta USD 95 miliar di tingkat provinsi. Kemudian, ada potensi peningkatan pendapatan rumah tangga senilai USD 33 miliar.

Namun, melihat realitas yang terjadi Blok Masela sepertinya hanya untuk kepentingan kelompok tertentu atau oligarki saja. Pasal 33 ayat 3 tidak dilihat sebagai tujuan bernegara. Makanya rakyat semakin sengasara, sementara SDA kita terus diambil dan dikuras habis. Sementara pembangunan di Maluku begitu-begitu saja, baik itu pembangunan infrastruktur maupun suprastruktur.

Yang Seharusnya

Pada umumnya, SDA itu untuk rakyat. Artinya, SDA yang ada ini haruslah dikelola untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Begitu juga dengan Blok Masela, harus dikelola secara baik untuk kepentingan Indonesia secara umum dan Maluku secara khusus.

Hal di atas tentu didukung dalam amanat konstitusi yakni pada undang-undang dasar (UUD) 1945 Pasal 33 Ayat 3 bahwa “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Ini menegaskan, apapun bentuk dan macam SDA-nya haruslah diperuntukkan hanya untuk kemaslahatan orang banyak (rakyat).

Di lain sisi, berdasarkan proses pengelolaan pertama pada eksplorasi sumur abadi-1 Blok Masela yang sudah berlangsung di tahun 2000 sampai masa kontrak yang sudah diperpanjang hingga 2055 nanti. Kiranya pemerintah menyampaikan secara tegas melalui Rencana Pengembangan (Plan of Development/PoD) yang sudah dilakukan kepada Inpex Corporation bersama Shell Upstream Overseas selaku pemegang Participating Interes agar tetap konsisten untuk memberdayakan pekerja lokal.

Pada saat pembangunan, menurut Ignasius Jonan sebagai mantan menteri ESDM, proyek Blok Masela dapat menyerap 30 ribu tenaga kerja langsung maupun pendukung, dan saat beroperasi akan menyerap tenaga kerja antara 4.000 – 7.000 orang termasuk pembangunan industri petrokimia.

Ihwal proyek ini, Jonan mengatakan ada tiga pesan penting dari Jokowi, antara lain: Pertama, agar komitmen Inpex sesuai dengan apa yang tertuang di PoD dan arahan pemerintah lewat Kementerian ESDM. Kedua, memaksimalkan kandungan lokal, dan, Ketiga adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM) lokal. Bahwa pembangunan itu jangan hanya sesuatu yang abstrak, tapi harus konkret.

Blok Masela yang ada di Maluku sebagai simbol pembangunan untuk Maluku harus dieksplorasi secara baik, bukan dieksploitasi secara jahat hanya untuk kepentingan kelompok tertentu saja. Mengingat ini adalah investisasi terbesar sejak 1968 yang berskala global setelah Freeport. Sehingga semua masyarakat Maluku sangat menaruh harapan padanya demi masa depan Maluku itu sendiri.