BN dan PRN Melaka, Bukti Politik Juga ‘Never Ending Meanings’

BN dan PRN Melaka, Bukti Politik Juga 'Never Ending Meanings'
©Techroc

PRN Melaka akhirnya membuktikan lagi bahwa BN yang dulu adalah BN yang berbeda dari sekarang.

Ada yang menarik pada peta politik Malaysia akhir-akhir ini. Setelah krisis politik yang berdampak pada tiga kali berganti Perdana Menteri, kini ada cerita politik baru yang muncul di negeri jiran tersebut dan ramai dibincangkan oleh berbagai kalangan.

Menangnya koalisi Barisan Nasional pada PRN atau Pemilihan Raya Negeri Melaka beberapa waktu lalu menjadi fenomena yang mengejutkan banyak kalangan. Tak banyak yang menduga bahwa ‘Melaka’ menjadi start point bagi BN bangkit kembali setelah terpuruk 2018 lalu. Bahkan sebelumnya mereka berhasil menghimpun suara majority parlemen dan mengantarkan Ismail Sabri menjadi Perdana Menteri menggantikan Muhyyidin Yasin.

Banyak yang bertanya-tanya, apa yang kemudian menjadi alasan bagi BN mampu kembali mendapatkan ‘simpati’ dari rakyat ini? Bagi saya, hanya ada satu jawaban bahwa dalam realitas apa pun, semuanya akan never ending meanings, selalu berubah dan tak akan pernah baku, termasuk politik.

Tentu kita tahu, 2018 silam ketika Pemilihan Raya, Pakatan Harapan di bawah komando Tun Mahathir Mohammad dan bayang Anwar Ibrahim yang telah berpuluh tahun menjadi pengerusi pembangkang dinyatakan menang telak dan mengantarkan Tun M menjadi Perdana Menteri untuk kedua kalinya, bahkan tertua.

Kejatuhan BN setelah selama 61 tahun berkuasa, bahkan sejak Malaysia merdeka dari Inggris menjadi hal yang tak disangka-sangka.

Pakatan Harapan mampu mencompose konten-konten yang akhirnya menggerus suara publik terhadap BN. Satu di antara yang terkenal adalah bagaimana Najib Razak di sandung dengan kasus rasuah 1MDB, lalu dihiasi lagi dengan headline gemerlapnya hidup Najib Razak selama jadi PM dan melupakan rakyat.

Tapi apakah kekuasaan Pakatan Harapan bertahan lama? Lagi-lagi realitas selalu berubah, hanya bertahan 22 bulan setelah kejadian yang dikenal sebagai ‘Langkah Sheraton’ digalang-galang oleh Azmin Ali dan mengantar Muhyiddin Yasin sebagai PM.

Bahwa kita tidak berenang di sungai yang sama, dan matahari hari ini adalah matahari yang berbeda dari kemarin. Begitu ungkap (alm) Ruddy Agusyanto, sang Maestro Jarsos ketika menjelaskan bahwa semua realitas akan berubah.

Baca juga:

PRN Melaka akhirnya membuktikan lagi bahwa BN yang dulu adalah BN yang berbeda dari sekarang. Mereka adalah yang berkuasa kembali setelah kejatuhan beberapa waktu, dan kemampuan terkoneksi serta membaca konten rakyat Melaka dengan berbagai metode kampanye akhirnya membawa kemenangan telak mereka, dari 28 kursi ada 21 kursi yang dimenangkan, Pakatan Harapan yang sebelumnya berkuasa memperoleh 5 kursi dan terakhir Perikatan Nasional memperoleh 2 kursi.

Tentu peristiwa ini jika kita tarik maknanya dalam konteks politik negeri ini, dapat kita simpulkan “semua punya kesempatan yang sama” untuk memperoleh kemenangan. Tidak akan kemenangan abadi bagi siapa pun, semua akan tergerus oleh perubahan, begitu sunnatullahnya.

Apakah PDIP akan terus berkuasa? Bisa iya bisa tidak, semua tergantung siapa yang paling mampu terkoneksi dan membaca konten rakyat Indonesia yang terus berubah.

Survei yang hari ini bermunculan selalu bisa dibaca dari berbagai sudut. Bisa jadi ada yang sedang berusaha mencompose ‘partai urutasan paling atas’ bahkan ada juga yang sedang mengcompose ‘partai lolos PT’.

Semua punya peluang yang sama, tergantung siapa yang paling mampu membaca makna. Connected is must but content is most.

Sultan Alam Gilang Kusuma