
Pembicaraan mengenai manusia merupakan sebuah hal yang kompleks dalam filsafat sosial, apalagi dipertautkan dengan situasi sosial pascarevolusi modern atau revolusi 4.0. Revolusi tersebut tentunya mau menghadirkan sebuah realitas baru mengenai eksistensi manusia yang juga disebut sebagai masyarakat digitalis.
Dalam kajian filsafat sosial, tentunya tidak mengistimewakan apa-apa yang ada dalam masyarakat digital dengan masyarakat era sebelumnya, melainkan untuk menemukan sebuah hubungan antara kedua zaman tersebut. Kita tidak dapat menyamaratakan kehidupan manusia pada kedua era atau zaman tersebut. Revolusi Industri ke-4, atau yang sering disebut sebagai Revolusi 4.0, telah mengubah lanskap global secara signifikan.
Revolusi ini ditandai oleh perkembangan teknologi yang pesat, seperti kecerdasan buatan, Internet of Things, big data, dan robotika. Dalam konteks revolusi ini, pertanyaan tentang eksistensi manusia dan peranannya di tengah perubahan ini menjadi makin penting. Revolusi tentunya dimaknai sebagai sebuah jalan untuk menemukan hal-hal baru dan mencoba menghilangkan tendensi-tendensi yang negatif.
Terkadang orang berasumsi bahwa revolusi hanya menghasilkan hal-hal negatif atau yang tidak baik. Pada masa kini dunia disibukkan dengan kemarakan teknologi yang dianggap tidak karuan atau baik. Pemaknaan revolusi yang radikal adalah salah cara untuk menerima dan mengakui adanya perubahan yang mendasari kehidupan manusia.
Perubahan Paradigma dan Metode Pendidikan
Salah satu dampak dari revolusi modern ialah mengenai pola pikir atau yang dikenal dengan masa pencerahan yang dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804). Kant menggarisbawahi tendensi mengenai eksistensi Allah yang tidak dapat dijangkau dengan rasionalitas manusia. Manusia tidak dapat memahami hakikat Allah atau Tuhan dan agama secara sempurna. Manusia hanya mengenal segala sesuatu yang tampak dalam kesadaran manusia itu. Manusia tidak dapat mengafirmasikan diri Tuhan atau membuat sebuah prospek untuk menjumpai Tuhan secara realitas.
Dasar pemikiran Kant ialah ia menolak tiga metafisika tradisional, yaitu metafisika yang bergumul tentang hakikat alam semesta (Filsafat Kosmologi), metafisika yang bergumul tentang hakikat manusia (Filsafat Manusia), dan metafisika yang bergumul tentang hakikat Allah (Filsafat Ketuhanan).
Bagi Kant, apa yang dicerna oleh rasio dalam metafisika tradisional hanya merupakan sebuah rekayasa nalar yang sengaja diciptakan untuk mengobati kerinduan akan subjek yang tak dapat dijangkau. Sebenarnya Allah hanyalah karya ide manusia yang telah menciptakan manusia dan bagaimana manusia itu melihat agama dan alam ciptaan-Nya. Iman akan Allah mewahyukan diri-Nya dalam manusia dan dunia dipandang tak bermakna untuk hidup konkret, sehingga iman tersebut buta dan irasional.
Oleh karena itu, Kant memandang dunia metafisika sebagai noumenon, maka persoalan-persoalan konkret tentang dan dunia dihadapi dengan mengandalkan kemampuan manusia semata-mata. Dengan asumsi demikian, otonomi manusia dimutlakan sebagai pelaku tunggal yang berpikir dan bertindak.
Baca juga:
- Artificial Intelligence: Eksistensi Manusia yang Terancam
- Covid-19: Penyingkapan atas Eksistensi Manusia
Eksistensi manusia di tengah Revolusi 4.0 juga memengaruhi pendidikan dan pembelajaran. Pendidikan harus beradaptasi dengan perubahan dalam dunia kerja dan teknologi. Pembelajaran sepanjang hayat menjadi penting, dan kemampuan untuk memahami dan mengelola informasi yang berlimpah menjadi keterampilan yang krusial. Teknologi dapat menjadi alat yang kuat dalam memperluas akses pendidikan, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang kesenjangan dalam akses dan pemahaman teknologi.
Salah satu aspek paling mencolok dari Revolusi 4.0 adalah perubahan dalam dunia kerja. Otomatisasi dan kecerdasan buatan telah mengubah cara pekerjaan dilakukan. Banyak pekerjaan rutin dan berulang yang sebelumnya dilakukan oleh manusia kini dapat digantikan oleh mesin. Hal ini memunculkan kekhawatiran tentang pengangguran struktural dan pergeseran dalam tuntutan keterampilan yang diperlukan.
Namun, di tengah perubahan ini, manusia memiliki peluang untuk mengembangkan keterampilan baru yang lebih sesuai dengan tuntutan masa kini. Eksistensi manusia di dunia kerja Revolusi 4.0 memerlukan adaptabilitas dan pembelajaran sepanjang hayat.
Pengaruh Teknologi pada Kehidupan Pribadi
Revolusi Industri ke-4 telah membawa perubahan yang signifikan dalam pengaruh teknologi terhadap kehidupan pribadi individu di seluruh dunia. Dampaknya meliputi banyak aspek, termasuk cara kita berkomunikasi, menjalani kehidupan sehari-hari, dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Berikut adalah beberapa pengaruh teknologi pada kehidupan pribadi pasca Revolusi 4.0.
(a). Keterhubungan yang Lebih Kuat: Teknologi telah mengubah cara kita berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Melalui platform media sosial, aplikasi pesan, dan layanan komunikasi online, kita menjadi lebih terhubung dengan teman, keluarga, dan kolega kita di seluruh dunia. Ini telah memungkinkan kita untuk mempertahankan hubungan dengan orang yang jauh dan meningkatkan konektivitas sosial kita.
(b). Kemudahan Akses Informasi: Internet telah memberikan akses tak terbatas ke informasi. Kita dapat dengan cepat mencari informasi tentang hampir segala hal, dari berita terbaru hingga pengetahuan umum. Ini telah memungkinkan pembelajaran mandiri, peningkatan wawasan, dan akses ke sumber daya pendidikan.
(c). Perubahan dalam Interaksi Sosial: Cara kita berinteraksi secara sosial juga telah berubah. Dengan pertumbuhan media sosial dan aplikasi kencan online, kita dapat menghubungi dan berinteraksi dengan orang-orang dengan cara yang sebelumnya tidak mungkin.
Pengaruh teknologi pada kehidupan pribadi adalah hal yang kompleks dan seringkali memiliki dampak positif dan negatif. Oleh karena itu, penting bagi individu dan masyarakat untuk menjalani perubahan ini dengan kesadaran dan kemampuan untuk beradaptasi. Memahami pengaruh teknologi ini dapat membantu kita mengambil keputusan yang bijak dan memaksimalkan manfaat teknologi sambil menjaga keseimbangan dan kesejahteraan pribadi.
Baca juga:
Penting untuk diingat bahwa pengaruh teknologi pada kehidupan pribadi akan terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi itu sendiri. Manusia perlu secara bijak mengelola dan beradaptasi dengan perubahan ini untuk memastikan bahwa teknologi memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dalam menjalani kehidupan pribadi, sambil tetap menjaga keseimbangan, keamanan, dan kesejahteraan.
Perkembangan ilmu pengetahuan hingga penemuan alat-alat digital dewasa ini tidak mungkin tercapai dengan baik, bila kebebasan bereksperimen, berpikir, bertindak, dan kebebasan untuk meneliti dibatasi oleh instansi yang ada di luar manusia. Manusialah penakluk dan raja di atas bumi dan bukan Tuhan atau agama.
Era digital menguasai, menuntun, dan mengontrol manusia menuju kebebasan akal budi untuk menilai dan memilih yang baik dan benar, dan membelenggu manusia atau tidak. Eksistensi manusia di tengah Revolusi 4.0 adalah tantangan dan peluang sekaligus. Perubahan dalam dunia kerja, kehidupan pribadi, perubahan sosial, dan etika teknologi semuanya mengharuskan manusia untuk menjadi lebih adaptif, kreatif, dan etis.
Penting bagi kita untuk merenungkan peran kita dalam membentuk masa depan ini dan memastikan bahwa teknologi digunakan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan bukan sebaliknya. Revolusi 4.0 adalah panggilan untuk memahami eksistensi manusia dalam konteks yang lebih luas dan berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang lebih baik. Walaupun demikian dalam beberapa dekade ini akal budi manusia masih terjebak dalam genggaman dan kekuasaan alat-alat digital.
- Agama dan Refleksi mengenai Makna Kehidupan - 17 November 2023
- Eksistensi Manusia dan Potret Periklanan - 11 November 2023
- Eksistensi Manusia di Tengah Revolusi 4.0 - 4 November 2023