
Ada bahagia yang mengudara
Ada kala sukacita yang siap mengembara
Hanya ada satu cinta yang benalu
Yaitu kamu yang di pojok ratapanku
Selamat malam,
Sekadar memastikanmu
Bahwa aku masih memantau
Bagaimanakah denganmu
Suatu hal yang mengakar dalam diriku
Aku harus memastikan bahwa akar bertumbuh
Entah yang merawatnya adalah aku
Atau oleh karena alam dia bertumbuh.
Alam itu mereka yang kerap bersamaku
Baik sebatas waktu ataupun sepanjang waktu.
Aku berpikir semuanya
Dan satu hal yang dapat kupastikan
Bahwa semuanya dimulai dari diriku sebagai pribadi
Enu Sorotan Matamu Itu
Enu sorotan matamu itu mengunci semesta
Enu sorotanmu itu menenggelamkan segala rasa
Enu sorotan matamu itu memberi isyarat keabadiaan
Enu sorotan matamu itu yang menggenapkan orang yang patah hati
Tetap mengunci diri di tempat yang serupa
Abadi untuk tetap tinggal
Dari matanya Enu kutemukan duka
Duka yang kau sembunyikan tapi percuma
Kau terlalu lama menyimpan luka
Mata Enu terlalu jelas bercerita
Meskipun bibirmu diam tak berkata
Enu boleh berkisah panjang lebar kepadaku
Tumpahkan segala risau di hatimu
Agar samudera di matamu tak lagi berbadai
Agustus Yang Kelam
Kureguk segala gundah dalam jiwa
Tak kubiarkan tragedi itu terulang
Agustus berujung seperkian hari lagi
Kisah pun tak henti menutup cerita catatan ini
Sendu selalu mengantongi riasan paras kertas
Jejak-jejak pun menjadi pengisi halaman sunyi
Dalam volume riak anaksara kecewa
Kutabur kata-kata di penghujung bisu senja
Secarik kalimat menghantarkanku pada pandangan
Pada lembar pias bola mata berkeringat sedu
Kulayangkan sehelai daun petang
Mengakhiri pintu kenangan
Berharap hari esok kan lebih baik
- Kata Hati - 22 Januari 2023
- Akhir Sebuah Pagi - 11 Januari 2023
- Tersembunyi dalam Mata - 30 Desember 2022