seorang gadis senja manis itu di bibir jalan
berdiri dekat dengan nyala lampu taman kota
senyumnya manja mekar bunga mawar
kutatap pelan-pelan sebelum malam mendekap
malu-malu kutitip sehelai senyum utuh
biar binar senja merona di elok parasnya
agar degup hidup meletup di hati
dalam harap penuh cemas sebelum langkah pergi
aku jadi teringat pada gadis senja di laman surat kabar
yang menguras tetes keringat untuk menjadi kunang-kunang
buat menagih mimpi di saku baju kenanganmu
tiba di beranda rumah aku sangsi ingin kembali
menjumpai gadis senja di bibir jalan Akh, barangkali dia sudah diculik dan dipeluk malam
Merayakan Jumpa
____ weta Armin
Suatu sore di bibir pantai kita belajar untuk mengerti
bagaimana mengabadikan kenangan selepas jumpa hanya menyisipkan
rindu yang panjang
diam-diam setiap bekas jejak kaki di atas pasir kucatat sebagai ziarah
yang menjadi tiada setelah dihempas debur ombak
di bibir pantai yang merah kita menghitung-hitung mimpi sambil merayakan
jumpa dengan melepas tawa paling bebas dan menangkap senyum paling lepas
sementara senja hampir terlepas dari tangkai awan kita bergegas
mengemas keping-keping cerita untuk dikisahkan suatu waktu saat diri
mendapat baju baru
Armin, kita adalah sekelompok kesementaraan
ketika usia hanyalah langkah-langkah kecil menuju pulang
Pantai Ria-Ende
Tamu
aku bersama sepi sedang bincang-bincang ketika tiba-tiba
tiga wanita cantik datang di siang bolong
aku menduga mereka adalah malaikat
yang turun dari langit dan menemuiku untuk alasan-alasan
yang tak mampu kupahami semisal menebas batang usia dengan
pedang kilat yang sudah meleleh ditimpa cahaya atau memenuhi
ramalan-ramalan tentang malaikat yang membangunkanmu
dari tidur untuk tak lupa berbasuh selepas kau menceburi dirimu
dalam tungku lumpur.
Aku menjadi penasaran ketika senyum tiga wanita itu jatuh
di pelataran arca Bunda
“mampir ke sini hendak berdoa?” tanyaku.
dengan senyum malu-malu seorang di antara mereka menjawab aku
“kami mencari lelaki sunyi yang kebetulan mencuri mawar
yang tumbuh di dada kami.”
aku dan sepi menjadi kaget sebelum ada tanya yang loncat
“waktukah yang menjadi pencuri?”
tunggu
Doa Penyair Sebelum Tidur
Sebelum pulas dan mimpi menjadi mekar di bawah bantal
penyair menutup mata dan berdoa:
Tuhan, berikanlah aku rezeki malam ini berupa sarung
aku ingin membungkus tubuh puisi yang telanjang dan kedinginan
di dalam telaga mataku
biar tidurku aman selalu dan tidak mengganggu dia yang sedang mimpi dan menjadi basah oleh kata-kata
- Stephanie dan Kopi Kenang-Kenang - 27 Februari 2020
- Buku Harian - 15 Desember 2019
- Mawarani - 5 Oktober 2019