Gerakan Dakwah dan Cita-Cita yang Tertunda

Gerakan Dakwah dan Cita-Cita yang Tertunda
©WordPress

Gerakan dakwah memiliki peranan yang sangat penting karena terwujudnya relevansi Islam dengan perkembangan zaman sangat ditentukan oleh aktivitas dakwah. Gerakan dakwah Islam ialah aktivitas muslim/muslimah dalam mentranformasikan cita ideal Islam dalam realitas kehidupan.

Oleh karena itu, gerakan dakwah menjadi kewajiban bagi umat Islam, baik muslim ataupun muslimah juga perorangan maupun secara berkelompok. Ini sejalan dengan firman Allah dalam QA Al Imran ayat 110.

Seorang muslim/muslimah yang memiliki iman yang mendalam pasti akan merasa suatu kebahagiaan dalam kehidupan untuk menyakini itu. Alquran menyebutkan kegiatan gerakan dakwah dengan kalimat ‘ah’san’ al qawl yang berarti ucapan yang paling baik. Dengan begitu, seorang muslim/muslimah yang telah mengimani Islam akan terdorong untuk menyampaikan kebaikan kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.

Gerakan dakwah Islam sebenarnya menyangkut seluruh aktivitas muslim/muslimah yang senantiasa bertujuan untuk mengaktualisasikan ajaran Islam dalam kehidupan umat manusia. Oleh sebab itu, maka gerakan dakwah dapat dipandang sebagai proses perubahan sosial dan sebagai proses komunikasi. Karena dalam proses menyampaikan dakwah tidak lain merupakan kegiatan menyampaikan pesan-pesan dakwah dari komunikator kepada komunikan.

Mendakwahkan Islam berarti memberikan jawaban Islam terhadap berbagai permasalahan umat. Doktrin Islam menjadi pesan sentral dakwah karena Islam adalah agama wahyu yang selalu berhadapan dengan zaman yang terus berubah.

Gerakan dakwah Islam harus selalu turut menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang dan akan dihadapi umat manusia. Meskipun misi dakwah sedari dulu tetap sama yakni mengajak kepada kebaikan, tantangan dan permasalahan yang dihadapi umat manusia akan senantiasa berubah dari waktu ke waktu.

Salah satu tantangan gerakan dakwah pada era modern ini ialah bagaimana dapat mewujudkan sublimasi pemikiran dan perilaku masyarakat dengan baik menuju kebenaran tanpa menghakimi dan penuh doktrinisasi yang kaku.

Islam dan gerakan dakwah bagaikan dua sisi mata uang yang sulit untuk dipisahkan karena keduanya saling berkaitan, sehingga sulit untuk menafikkan bahwa  pelaksanaan gerakan dakwah dengan tidak menggunakan label Islam. Bahkan tidak bisa dimungkiri bahwa ini menjadi inspirasi dan motivasi bagi kelompok keagamaan tertentu.

Baca juga:

Maka dakwah di era ini perlu dikemas secara matang dan profesional sehingga dalam pelaksanaannya dapat dipahami oleh mad’u (sasaran dakwah). Menyampaikan dakwah dengan penuh hikmah (bijaksana) tanpa memaki dan menghakimi, mengajak bukan menginjak, merangkul bukan memukul, memahamkan bukan mengafirkan, sehingga Islam layaknya eskrim yang lembut dan manis bukan ekstrim keras dan brutal.

Berdakwah dengan lisan dengan mengedepankan etika berbicara (komunikasi) yang santun, begitu pun dengan dakwah bil haal (perbuatan nyata) mengedepankan perilaku yang sopan, sehingga dengan penerapan yang seperti ini akan lebih mudah memahamkan masyarakat agar merasa tertarik tanpa merasa terpaksa.

Namun di tengah problematika yang sampai hari ini masih sulit dipecahkan oleh umat islam yakni mengapa sampai hari ini umat islam selalu mundur? Padahal ormas ataupun gerakan dakwah selalu mencari solusi demi mempersatukan pemahaman umat.

Pertama, karena umat Islam belum sepenuhnya merasa sebagai umat karena masing-masing kelompok aliran merasa pendapatnya paling benar. Kedua, umat Islam cenderung atau tendensius melihat perbedaan dan kelemahan kelompok Islam lainnya.

Ketiga, secara metodologi, semangat belajar kaum muslim lebih tereksploitasi kepada pendekatan-pendekatan tekstual, romantisme sejarah, dan mengesampingkan aspek-aspek analitis yang berpijak pada realitas yang paling dekat dan dialami masyarakat muslim sekitarnya.

Sehingga gerakan dakwah yang efektif, rasional lagi profesional akan tetap sejalan dengan zaman oleh kelompoknya saja. Namun tidak merangkul semua-nya.

Tak bisa dimungkiri dari problematika ini sejalan dengan kaidah ushul fiqih al ikhtilaful rahmatan (perbedaan adalah rahmat) dan Islam adalah agama rahmatan lil al-amin. Sehingga mimpi dan cita serta cinta umat Islam yang kuat secara inheren masih belum tercapai, semuanya masih di angan-angan imajinasi umat Islam itu sendiri (al islami mahjubun bil muslimin).

Baca juga:
Ibnu Azka
Latest posts by Ibnu Azka (see all)