
Menyimpulkan sesuatu merupakan tahap terakhir dalam sebuah gagasan. Dilakukan setelah melalui proses mencari dari beberapa buku ataupun refrensi. Entah itu pengetahuan, wacana, pengalaman, pasti kesimpulan berada pada bagian terakhir.
Misalnya dalam pengetahuan pendidikan. Ketika seseorang ingin mencari inti atau hakikat dari pendidikan itu apa, maka perlu mempelajari beberapa teori-teori terkait dengan pendidikan. Baru setelah benar-benar memahami teori tersebut, dapat menyimpulkan inti atau hakikat dari pendidikan.
Ketika terlalu cepat menyimpulkan hakikat pendidikan tanpa terlebih dahulu mempelajari teori-teori tentang pendidikan, maka kesimpulannya akan berseberangan dengan makna pendidikan itu sendiri.
Contoh lain dalam hal pengalaman, membuat desain grafis, misal. Agar desain yang dibuat bisa bersaing di pemasaran, maka perlu dipahami terlebih dahulu desain seperti apa yang diinginkan oleh pelanggan.
Sebaliknya, ketika membuat desain grafis tanpa mau mengikuti keinginan atau ketentuan dari pelanggan, dalam artian hanya sesuai hasratnya sendiri, maka desain sebagus apa pun tidak akan diterima oleh pelanggan. Karena tidak sesuai dengan ketentuan.
Dari sini sudah sedikit ada gambaran. Bahwa dalam menyimpulkan sesuatu, perlu adanya sebuah kajian terlebih dahaulu. Tidak bisa semena-mena menyimpulkan dengan mematuhi hasrat hawa nafsu.
Terlebih dalam menjalankan sebuah proses kehidupan. Manusia tidak boleh impoten menyimpulkan sesuatu. Pengetahuan baru secuil kuku semut dengan gagah berani menyimpulkan bahwa hakikat X adalah Y dan penyebab Y terbunuh adalah Z.
Baca juga:
Terlalu sombong jika di dunia ini ada manusia seperti itu. Seolah semua elemen pengetahuan sudah dikuasai olehnya. Sedangkan dari gayanya saja dalam menyimpulkan sudah bisa dilihat, bahwa orang seperti itu sangat minim akan pengetahuan. Dan itu sering terbukti pada kesimpulan-kesimpulan lainnya.
Yang lebih parah lagi, sudah jelas bahwa kesimpulannya menyeleweng dari kebenaran, tapi disebarluaskan kepada orang lain. Ini yang terkadang dapat mengganggu ketenangan orang lain. Bahwa di situ ada sebuah pemerkosaan kesimpulan. Memaksa orang lain untuk percaya dan mengikuti kesimpulannya.
Penyebab Impoten dalam Menyimpulkan
Pertama, kurangnya membaca buku. Minimnya akan wacana pengetahuan bisa membawa manusia kepada jalan yang sesat. Karena otak yang tidak pernah diisi oleh pengetahuan mengakibatkan manusia tidak bisa lagi membedakan benar-salah. Semua dianggap benar menurut perspektifnya sendiri.
Seolah argumentasinya sendirilah yang paling benar, argumentasi orang lain ditolak secara mentah-mentah. Bisa juga hanya dengan modal referensi satu buku, berani untuk berfatwa ke sana-kemari dengan menyalahkan argumentasi orang lain layaknya kaum sofis yang sedang mengajar.
Kedua, tidak mau diskusi. Tidak pernah diskusi mengakibatkan manusia merasa bahwa wacana yang dikonsumsi ini sudah berhasil dipahami secara utuh dan sempurna. Seolah menyampaikan isi dari buku dengan penuh kebenaran yang patut untuk diamini oleh mereka yang mendengarkannya.
Hal ini sudah jelas salah. Karena potensi manusia dalam memahami sebuah wacana ini berbeda-beda. Sehingga perlu untuk menciptakan atau mengikuti forum-forum diskusi. Tujuannya untuk menyatukan beberapa frame atau pandangan orang lain menjadi suatu pemahaman yang tidak bertentangan dengan maksud dan tujuan wacana tersebut.
Baca juga:
Ketiga, depresi. Suasana hati atau mood ini menyebabkan manusia kehilangan minat mereka yang berlangsung secara terus-menerus. Sehingga apa pun yang dilakukan atau dikerjakan hanya setengah-setengah.
Misalnya membaca buku. Baru beberapa menit membaca buku, karena merasa sulit memahami isi buku tersebut, kemudian berhenti. Sedangkan dalam proses mempelajari buku, perlu adanya kesabaran, ketekunan, dan keseriusan dalam mempelajarinya. Membutuhkan proses yang begitu panjang, tidak seinstan membuat kopi sachet.
Perlu digaris-bawahi bahwa membaca buku bukan hanya sebatas memahami ataupun memperkarya perspektif. Namun ada dialog antara kita dengan si penulis buku tersebut. Yang nantinya mampu memengaruhi pola pikir manusia dalam setiap gerakannya.
Menyembuhkan Impoten Menyimpulkan Sesuatu
Jawabannya sangat sederhana, yaitu belajar, belajar, dan terus belajar. Belajar dengan ikhlas, senantiasa untuk selalu berusaha sekuat tenaga, bersabar dalam menghadapi cobaan, dan tidak mudah menyerah menghadapi berbagai persoalan.
Jika sudah tidak percaya bahwa usaha tidak pernah menghianati hasil, maka ingatlah bahwa penyesalan selalu datang terlambat.
- Filsafat dan Ateisme - 10 Mei 2020
- Jadi Kiai Tak Perlu Ngaji - 26 April 2020
- Jejak Pendidikan Karl Marx - 19 April 2020