
Yang Retak
Waktu adalah sisa tubuhnya yang merona
Aku terpana setiap jejaknya
Aku tersenyum setiap retak dari sedetik detak
Sedang purnama itu yang lelah sebab usianya
Aku titipkan surga pada napasnya yang terlepas
Aku lepaskan darah pada mekarnya bunga merah
Ketahuilah, dada yang sepi adalah cara hatiku menyepi
Lewat puisi dari sebongkah narasi
Yang berkisah tentang segala mimpi
Lalu aku hanya bisa memilih air mata
Berteriak memukul tanah dan memikul nasibnya
Sampai aku berkata
Benarkah sisa usia seperti emas dan permata?
Dan kini, setelah aku berikan jalan pulang
Kuraih kembali sajakku dan olahan kata yang tersisa dari setiap peristiwa
Setelah ada hujan di peluk dedaunan yang lara
Sebuah Risalah
Ada yang retak pada tanah
Dedaunan menjerit kesunyian
Seolah ia menagih dendam
Pada maut yang tersesat di tangan malaikat
Pada napas yang lepas dari sisa usia
Antara hidup dan mati
Dari bawah sinarnya
Bulan merebahkan tubuhnya pada hamparan langit
Dan tak lagi mengibaskan cahaya dari bias matanya
Gema tangis manusia merdu
Melolong di antara jalan surga atau neraka
Lantaran baru percaya
Bahwa sudah lama ia tercipta
Malaikat datang mengusik batin yang gemetar
Melantunkan lagu-lagu serta siulnya
Sebab peristiwa yang berjalan dari masa ke usia
Hanya tersisa sebatang dosa
Sungguh ini menyedihkan
Bayang-bayangnya ditangisi angin dan kematian
*Majnus
- Sang Muslim Ateis: Perjalanan dari Religi ke Akal Budi - 28 Februari 2023
- Ilmu Komunikasi; Suatu Pengantar - 23 Februari 2023
- Kemenangan Kapitalisme dan Demokrasi Liberal - 22 Februari 2023