
Sesak menikam jiwa rasanya
Ingin tidak merasa tapi mata membelanga
Menelusuri satu per satu peristiwa gila tapi berasa
Membuka mulut pun tak mampu
Seolah nikmat dan perih beradu merdu
Api padam tanpa peduli
Terserap asap hitam hingga perih
Sebelumnya merdu suara terdengar sampai ke hati
Janji-janji bak permata intan berlian yang jernih
Seakan semuanya akan berbuah emas putih
Kembali airmata mengalir menelisir,
Janji yang menggunung sudah menjadi debu berantai
Derita bagai setebal asap setelah padamnya sang raja emosi
Ketika diinterogasi, mereka menyalahkan api bukan berintrospeksi
Menuding sana-sini seolah membeli barang yang mereka ingini
Menyalahkan, kenapa kau hirup asap jika bisa lari?
Namun tragisnya, ia tutup dan kunci ruangan lalu pergi
Mana bayaran dari janjimu?
Mana tanggung jawab terhadap kekacauan yang karena kelalaianmu?
Atau kau takut?
Lantas kau pergi
Kau sebar pernyataan seolah lalai hanya untuk mereka yang lemah
Merasa benarkah kau?
Setelah semuanya terjadi, kau pandang hitam dan lusuh
Lalu kau menghina tempat itu
Kau pandang sinis ia
Sadarlah sang dermawan
Keagunganmu tak bisa menghapus peristiwa yang kau khianati
Kualitasmu tak lebih hanya seperti pisau tanpa dicinai
Dan kau sebut kami dengan kambing hitam kesayangan
___________________
*Klik di sini untuk membaca sajak-sajak lainnya.
- Kenang Menuju Menggenang yang Berseri - 22 April 2020
- Berpulang pada Kegelisahan - 8 Juli 2019
- Jam Dinding Ibu - 23 Mei 2019