
Lagi viral soal kartu kuning untuk bapak negara. Saya jadi pengen ikut nimbrung. Sebenarnya bukan karena viralnya sih, tetapi karena kasihan sama mas-mas presiden BEM UI yang lagi rame-rame di-bully. Saya jadi pengen ikut mbully, ehh.
Kak Zaadit sang presiden BEM ini katanya protes sama Pak Jokowi yang ‘nggak becus’ ngurus negara. Dan Asmat adalah sampel dari ‘ketidakbecusannya’ menangani soal gizi buruk yang melanda warganya. Karena ‘ketidakbecusan’ itulah ia menyemprit sambil memberi kartu kuning ke Jokowi. Priiiiiit.
Begini ya, kak Zaadit, Indonesia itu luas, kak (ah, anak SD juga ngerti keleuss). Dengan jumlah penduduknya yang kurang lebih 262 juta jiwa ini, mungkinkah semua kebutuhan penduduk bisa terpenuhi kalau diurus sama seorang semata? Sudah tahu jawabannyalah, ya.
Makanya Pak Presiden punya menteri-menterinya; ada menteri kelautan Bu Susi, ada menteri agama Pak Lukman Hakim, ada menteri kesehatan Bu Nila, ada menteri pendidikan Pak Anies Baswedan—eh, udah dipecat ding; maksud saya, Pak Muhadjir. Semua itu buat apa? Ya jelas buat bantu-bantu Pak Jokowi-lah.
Kak Zaadit pasti ngertilah itu, bahwa Pak Jokowi tidak mesti mengurus semua urusan di negeri ini. Rasanya tidak etis kalau Kak Zaadit sebagai Presiden BEM UI pake protes ke Pak Jokowi soal gizi buruk di Asmat.
Asal kak Zaadit tahu ya, seandainya saja seseorang punya kepedulian terhadap gizi buruk di suku Asmat, ia boleh kok mengajukan proposal ke menteri kesehatan.
Jangan jauh-jauh deh, kak Zaadit pasti sudah berpengalamanlah soal penggalangan dana. Apa tidak mungkin menggalang dana untuk membantu Asmat tanpa melibatkan Pak Jokowi? Apa Pak Jokowi yang harus ngurus semuanya?
Lagian apa sih yang sudah Kak Zaadit ini lakuin? Sebelumnya sudah ngapain untuk Asmat? Belum ngapa-ngapain?
Baca juga:
Owh, kak Zaadit sibuk pasti, ya. Sibuk orasi kali, ya. Tetapi lebih sibuk siapa Kak Zaadit sama Pak Jokowi sampe-sampe Kak Zaadit hanya bisa protes sambil bawa sempritan?
Pak Jokowi itu udah pusing mikirin negara, mbok ya pengertianlah. Jangan ditambah-tambah lagi kepusingan beliau. Sudah ada Jonru beserta jemaahnya, sudah ada Felix dan pengikutnya, lah kok ditambah Presiden BEM UI? Kan ya kasian beliau. Jangan-jangan Kak Zaadit ini jemaahnya Jonru, ya?
Saran saya, daripada Kak Zaadit ini repot-repot bawa sempritan sama kartu kuningnya, mending adain penggalangan dana deh. Ajukan proposal. Adain program-program untuk membantu mereka yang di Asmat. Sekalian ‘piknik’ ke sana sesuai saran Pak Jokowi itu. Kira-kira sanggup (mau) apa tidak?
Apa masih belum cukup jabatan sebagai Presiden BEM sekelas UI untuk sekadar bisa bantu mereka yang ada di Asmat? Apa harus nunggu Kak Zaadit jadi presiden dulu kali, ya?
Eh tunggu-tunggu, gimana kalau Felix saja presidennya? Atau Jonru saja? ASUdahlah.
Baca juga:
- Lawan! Meski Harus Berkorban - 15 Februari 2018
- Kartu Kuning untuk Kak Zaadit - 4 Februari 2018
- Truth Claim Bukan Solusi Keragaman Berpendapat - 28 Januari 2018