
Ulasan Buku – Ayat dan hadis-hadis misogini sampai detik ini sering dijadikan dasar “pembenar” terhadap tindakan seseorang terutama laki-laki untuk menempatkan perempuan pada posisi tertentu, terutama dalam keluarga.
Gerakan feminisme—terutama ekstrem kiri—cukup membuat posisi perempuan terpental dari ruang keabadian yang penuh punai sawang.
Buku Hadis-Hadis Misoginis ini menarik dan cukup berani. Terlepas apakah penulis nanti akan terjebak dan dikhianati pikirannya sendiri atau tidak.
Apa sebab? Feminisme—betapa pun gerakan ini mendesain posisinya—belum benar-benar mampu mengubah mental dan menyentuh pada pokok isu yang asali.
Feminisme adalah gerakan, ideologi, sebagaimana gerakan dan ideologi pada umumnya—tertutup dan tak pernah kembali ke dalam.
Gerakan feminisme—hingga saat ini—hanya berhenti pada penyadaran hak dan kewajiban, bukan menyeterilkan mental dan segala simbol yang telah melekat pada semua hal dalam kehidupan manusia.
Pada buku karya Susi Wulandari ini, saya penasaran dengan satu hal: indikator “kesetaraan intelektual”. Apakah ketaksetaraan intelektual betul-betul disebabkan oleh perangkat dan peringkat status quo laki-laki dan perempuan, atau tidak(?).
Saya berharap, buku ini mampu keluar dari jebakan mainstream: penuntutan hak sosial, politik, dan ekonomi.
Baca juga:
Bagi komunitas tertentu, Madura, misalnya, sebagai tanah yang pertama kali penulis meneteskan air mata, masih berada pada posisi mental klasik: perempuan tak perlu menempuh pendidikan tinggi, sebab kasur, dapur, dan sumur tetap menjadi wilayah kekuasaannya.
Keadaan di atas tentu bukan saja perkara kesetaraan intelektual. Melainkan pada pengaruh budaya, mental, dan seluruh irisan piranti sosial.
Jika wujud kesetaraan intelektual adalah penyadaran dan penuntutan hak, maka sesungguhnya terbatas pada pemenuhan hak, kesempatan, dan aksesibilitas atas fasilitas publik, termasuk kesempatan belajar.
Sebaliknya, jika kesetaraan itu maksudnya adalah kualitas (nilai) intelektual, maka siapakah gerangan yang dapat menilai dan menentukan kelamin intelektual(itas)?
Selamat membaca buku karya gadis mungil nan cerdas ini.
- Kesetaraan Intelektual atau Kesempatan Mengakses Pendidikan(?) - 1 Februari 2023
- KPK Bubar Sajalah - 9 September 2019
- Abdul Aziz dan Absennya Kedewasaan Berpikir - 5 September 2019