Keterlupaan Dan Kekinian

Dwi Septiana Alhinduan

Keterlupaan dan kekinian merupakan dua konsep yang sejatinya saling berkaitan, meski sering kali dilihat sebagai fenomena yang terpisah. Dalam kehidupan sehari-hari, ada kalanya kita terjebak dalam rutinitas yang monoton, sehingga melupakan hal-hal yang seharusnya menjadi perhatian kita. Di sisi lain, istilah ‘kekinian’ memberikan penekanan pada tren-tren modern yang selalu berganti, menantang kita untuk terus beradaptasi. Dalam tulisan ini, kita akan mengeksplorasi keduanya serta bagaimana mereka saling mempengaruhi dan memberikan dampak terhadap cara pandang masyarakat.

Pertama-tama, marilah kita dalami makna keterlupaan. Keterlupaan seringkali diartikan sebagai hilangnya ingatan terhadap sesuatu yang pernah menjadi bagian dari hidup kita. Namun, apabila ditelaah lebih dalam, keterlupaan juga dapat menjadi pemicu perubahan. Misalnya, ketika individu atau masyarakat melupakan tradisi-tradisi yang telah berjalan selama bertahun-tahun, ini memberi ruang bagi nilai-nilai baru yang lebih relevan dengan kondisi terkini. Adalah wajar jika kadang kita merasa jenuh dengan hal-hal yang sama dan mendambakan inovasi. Namun, di balik semua itu, dapat muncul sebuah pertanyaan: Apakah kita sudah cukup menghargai warisan yang kita miliki?

Lebih lanjut, keterlupaan tidak selalu berarti kesia-siaan. Dalam konteks yang lebih luas, ada kalanya proses melupakan diperlukan untuk melakukan penyesuaian diri dengan zaman. Misalnya, generasi muda Indonesia sekarang cenderung lebih terpapar pada budaya global yang cepat berubah, sementara nilai-nilai lokal sering kali terabaikan. Dalam hal ini, bertanya kepada diri sendiri tentang apa yang sebenarnya kita lupakan menjadi sangat penting. Ini bukan sekadar tentang melanjutkan hidup tanpa beban, tetapi juga bisa menjadi suatu bentuk refleksi kritis.

Beranjak dari itu, kita memasuki ranah kekinian. Kekinian mengacu pada segala sesuatu yang sedang tren, yang dinyatakan oleh perkembangan teknologi, budaya pop, atau bahkan kebijakan sosial yang baru. Dalam konteks ini, kita perlu melihat bagaimana fenomena kekinian membentuk perilaku masyarakat. Kehadiran media sosial, misalnya, telah mengubah cara kita berinteraksi dan berkomunikasi. Kita dapat berhubungan dengan orang dari belahan dunia yang berbeda hanya dengan sekali klik. Namun, apakah ini membuat kita lebih terhubung, atau justru semakin menjauhkan kita dari realitas yang lebih dekat?

Sebuah pergeseran perspektif di sini sangatlah diperlukan. Kita tidak bisa hanya terfokus pada apa yang dianggap ‘kekinian’, tetapi juga harus menyelidiki kapan dan mengapa kita melupakan ‘keterlupaan’ tersebut. Kekinian seringkali menuntut kita untuk menjalani hidup dengan mengikuti tren—apakah itu fashion, musik, atau bahkan opini politik. Tanpa disadari, kita bisa terjebak dalam siklus yang sama, berulang kali menyerap dan mengulangi informasi tanpa pemahaman yang mendalam. Keterlupaan di sisi lain, memberikan kita peluang untuk mengembangkan kemandirian dalam berpikir dan mengambil keputusan.

Di tengah ketidakpastian global, kita dituntut untuk lebih kritis. Generasi muda memiliki peran penting untuk menghidupkan kembali tradisi yang dapat membawa pelajaran berharga ke dalam era kekinian. Sebagai contoh, alat penyampaian informasi dalam bentuk podcast atau saluran YouTube bisa digunakan untuk mengangkat kekayaan budaya lokal. Penggunaan platform-platform ini bukan hanya untuk hiburan, tapi juga untuk edukasi. Dengan cara ini, tradisi yang ‘terlupakan’ bisa ditemukan kembali, dengan sentuhan modern yang relevan.

Dalam menelusuri keterkaitan antara keduanya, penting untuk menyadari bahwa keterlupaan tidak selalu berarti kehilangan. Sebaliknya, ia bisa menjadi awal dari sebuah narasi baru yang membawa kita ke pemahaman yang lebih dalam tentang peradaban kita. Dengan mengingat bahwa setiap generasi memiliki tantangan dan kesempatan masing-masing, kita dapat menemukan cara yang efektif untuk merangkul kedua sisi ini. Menggali kembali tradisi dan kebudayaan yang mungkin kita ‘lupakan’ dapat menginspirasi ide-ide yang lebih segar dan inovatif, yang bertepatan dengan apa yang dianggap ‘kekinian’ oleh masyarakat saat ini.

Ditambah lagi, perubahan sosial yang dinamis tidak bisa lepas dari pengaruh teknologi. Transformasi digital saat ini memberikan tantangan tersendiri. Masyarakat tidak hanya dituntut untuk menguasai teknologi, tetapi juga untuk mempertahankan identitas budaya yang kian tergerus oleh homogenisasi global. Apakah kita masih percaya bahwa kekinian harus selalu baru dan modern? Ataukah kita dapat belajar untuk menghargai kembali elemen-elemen yang hingga kini menjadi bagian diri kita?

Dalam penutupan, keterlupaan dan kekinian bukanlah dua konsep yang terpisah, melainkan dua sisi dari mata uang yang sama. Ketika kita mulai belajar untuk mengingat kembali apa yang seharusnya diingat, maka kita akan mendapatkan perspektif yang lebih kaya dalam menanggapi tantangan modern. Hanya dengan demikian, masyarakat kita dapat tumbuh dengan seimbang, menggabungkan warisan budaya dengan inovasi yang relevan. Dengan semua perubahan yang terjadi, jangan pernah meremehkan kekuatan dari pemahaman yang holistik—keterlupaan bisa menjadi gerbang menuju kebangkitan kekinian yang lebih bermakna.

Related Post

Leave a Comment