Kritik atas Sugesti Banyak Anak Banyak Rezeki

Kritik atas Sugesti Banyak Anak Banyak Rezeki
©BlogNews

Mendengar istilah “Banyak anak banyak rezeki” mungkin sudah sangat familiar di telinga masyarakat Indonesia. Dalam hal ini fenomena yang sering dijumpai adalah posisi anak sebagai bentuk sebuah jaminan kesejahteraan orang tua pada saat anak telah menjadi sosok yang remaja ataupun dewasa.

Di sini tenaga dan kesuksesan anak dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam keluarganya. Hal tersebut sesuai dengan anggapan bahwa makin banyak anak makin banyak rezeki. Makin banyak anak maka dapat meringankan beban orang tua.

Dalam istilah “Banyak anak banyak rezeki” dalam kebutuhan ekonomi yang makin meningkat dengan banyaknya anak tidak menjadi penghalang untuk membesarkan anak-anak sebab orang tua memilki anggapan bahwa setiap anak membawa rezeki. Bahkan, ketika orang tua telah memasuki usia yang tidak produktif banyak dari jumlah anaknya dapat diandalkan sebagai penolong perekonomian mereka atau dapat didefinisikan bahwa anak adalah suatu investasi.

Cadwel (dalam A. Siregar, 2003) memaparkan bahwa di dalam wilayah negara maju orang tua akan mewariskan harta kekayaannya kepada anak-anaknya. Sedangkan, dalam wilayah negara berkembang anak-anak membantu orang tuanya untuk meningkatkan keekonomian dalam keluarganya, dengan cara ikut berkerja sama membantu orang tua ataupun berkerja sendiri.

Dalam aspek sosial ekonomi jumlah banyaknya anak memiliki pengaruh penting dalam keluarganya. Dalam prespektif ekonomi memiliki pandangan bahwa anak merupakan penerus keturunan keluarga, kelengkapan keluarga, dan sebagai asset orang tua dalam membantu keekonomiannya.

Dalam prespektif sosial budaya memiliki pandangan bahwa adanya kehadiran anak merupakan suatu kebanggaan dan dijadikan sebagai penerus keluarga besar. Dalam prespektif agama anak merupakan anugerah dan titpan dari Tuhan Yang Maha Esa. Dari prespektif-prespektif tersebut keyakinan masyarakat mengenai banyak anak banyak rezeki semakin menguat.

Dengan adanya prespektif dari masyarakat mengenai istilah “Banyak anak banyak rezeki” Indonesia mengalami pelonjakan jumlah penduduk yang semakin meningkat. Peningkatan penduduk Indonesia dari 1971 hingga 1980 mencapai 28.282.069 jiwa. Secara keseluruhan jumlah rata-rata peningkatan penduduk setiap 10 tahun hampir 20%. Dikutip dari data Administrasi Kependudukan (Adminduk) pada Juni 2021 tercatat bahwa jumlah penduduk Indonesia sebanyak 272.229.372 jiwa.

Dengan jumlah penduduk Indonesia yang makin meningkat maka terjadilah persaingan ekonomi yang kompetitif, peluang lapangan kerja yang terbatas dan bahkan banyak lulusan sarjana tinggi yang menjadi pengangguran. Selain dari hal tersebut, proses dari globalisasi memberikan dampak pola hidup yang konsumtif sehingga kebutuhan sehari-hari masyarakat makin banyak.

Ada hal pokok lain yang harus mengeluarkan biaya yang cukup tinggi seperti pendidikan dan biaya kesehatan yang semakin meningkat. Kemajuan zaman juga memiliki pengaruh atas kebutuhan yang semakin meningkat misalnya asuransi pendidikan, asuransi kesehatan, biaya hiburan, biaya transportasi dan lain semacamnya.

Kebutuhan keseharian yang semakin meningkat menuntut para orang tua untuk berkerja lebih keras demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan demikian, waktu dan energi orang tua habis untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhan. Kebutuhan sehari-hari yang makin meningkat dan banyak anak yang harus tercukupi kebutuhannya jika tidak mencari rezeki (dibaca: finansial) maka akan berujung pada kemiskinan.

Baca juga:

Kemiskinan yang disebabkan oleh ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan jumlah yang banyak menjadi salah satu faktor menurunan kesejahteraan keluarga. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009 dipaparkan bahwa Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antarkeluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

Dengan demikian istilah “banyak anak banyak rezeki” (dibaca: finansial) kiranya kurang relevan jika digunakan pada zaman sekarang dan seterusnya.

Indonesia memberikan solusi dalam keluarga mengenai jumlah anak. Indonesia menawarkan program KB (Keluarga Berencana). Program KB tersebut memiliki slogan “Dua anak lebih cukup”. Dengan demikian, keluarga dapat berkerja secukupnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang semakin meningkat pada zaman ini dan zaman yang akan datang.

Referensi

A.Siregar, Fazidah. 2003. Pengaruh Nilai dan Jumlah Anak Pada Keluarga Terhadap Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Penelitian. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

PIAK. 2021. Distribusi Penduduk Indonesia Per Juni 2021: Jabar Terbanyak, Kaltara Paling Sedikit. https://dukcapil.kemendagri.go.id/berita/baca/809/distribusi-penduduk-indonesia-per-juni-2021-jabar-terbanyak-kaltara-paling-sedikit. 24 Oktober 2021.

Gibran Zahra