Mencari Sang Penerus

Mencari Sang Penerus
©Twitter

Nalar Warga – Menyodorkan nama Paijo menjadi penerus Jokowi tanpa peduli adanya unsur PDIP di dalamnya jelas gak masuk akal. Meninggikan sosok Paijo dengan cara merendahkan nama PDIP jelas tak akan membawa manfaat.

Pada posisi itu, Paijo sang kandidat potensial capres pemilik elektabilitas tertinggi itu justru adalah pihak yang paling dirugikan.

Itu kalau kita sadar. Menjadi masalah, seperti anak kecil kalau lagi punya mau, kita tak mau pusing premis itu benar atau tidak. Kita gak mau tahu alasan itu masuk akal atau tidak, yang penting itu sesuai MAU KITA.

Dengan arogan lantas kita bicara, “PDIP lebih butuh Paijo dibanding dengan Paijo membutuhkan PDIP.”

Almarhum Gombloh pernah bilang bahwa tai kucing rasa cokelat saat kita jatuh cinta. Bisa jadi lirik lagu itu sedang menceritakan keadaan kita hari ini. Kita tersesat saat terbawa euforia.

Paijo adalah penerus Jokowi baru masuk akal ketika dia diusung oleh PDIP. Atau, paling tidak, bila pak Jokowi pun secara spesifik sudah menyatakan bahwa Paijo itu adalah sosok yang dia tunjuk untuk melanjutkan tongkat estafetnya.

Faktanya, itu belum terjadi. Bila ada rasa bahwa itu iya memang seperti itu, itu baru tebak-tebak buah manggis.

Jokowi yang pada suatu saat dulu pernah bilang, “Sabar, jangan buru-buru,” masih menyisakan banyak tanya untuk maksud apa beliau bicara seperti itu. Itu masih koma, belum titik.

Baca juga:

Frasa bahwa dia adalah penerus Jokowi membawa sebuah konsekuensi. Dia harus datang dari PDIP dan diajukan oleh PDIP seperti pak Jokowi dulu. Dari Solo beliau dibawa ke Jakarta, dan dari Jakarta beliau dipersembahkan bagi Indonesia adalah cerita itu.

Dan PDIP adalah pemilik cerita tersebut. Itulah makna penerus Jokowi. Bila ternyata harus dengan kendaraan lain, frasa penerus Jokowi jelas agak membingungkan. Itu menyisakan syarat “KECUALI”.

Kecuali pak Jokowi secara benderang telah menyatakan bahwa “ini penerus saya”. Meski tanpa kendaraan yang sama, esensi penerus itu masih masuk akal.

Faktanya, sekali lagi, beliau belum pernah bilang sama sekali, kan, pada siapa kelak tongkat estafet itu diberikan?

“Lantas, siapakah penerus pak Jokowi kelak?”

Pak Jokowi hingga saat ini masih belum mau bicara. Tebak-tebakan kita pada cara beliau memberi clue sering kali justru akan makin membawa rasa itu makin jauh. Beliau sulit dijebak saat bicara. Beliau tak mudah ditebak.

Feeling saya, beliau baru akan membuka peluang ke arah sana saat harga minyak goreng sudah benar-benar under control pemerintah. Namun dari PDIP, dari partai di mana potensi pemimpin sekaligus penerus Jokowi pada 2024 nanti akan kembali hadir, kriteria itu mulai dinyatakan.

Pertama, pemimpin tersebut harus kokoh secara ideologi. Kedua, harus memahami sistem pemerintahan Indonesia, dan tata pemerintahan yang baik.

Halaman selanjutnya >>>
Warganet
Latest posts by Warganet (see all)