Mendobrak Kebekuan Politik di Kota Depok

Mendobrak Kebekuan Politik di Kota Depok
©Kumparan

Pernahkah Anda jalan-jalan ke Universitas Indonesia di Depok? Universitas ini tidak hanya besar dan luas, tapi juga sangat asri. Sebagian besar wilayahnya masih berupa hutan rimbun. Asri. Sejuk. Menenangkan. Jalur pejalan kaki dan jogging track dibuat di sekeliling kampus.

Tapi begitu kita keluar dari area kampus, kita akan disuguhi situasi yang sangat berbeda. Itulah kota Depok. Jalan-jalan semrawut. Minim pohon. Berdebu. Trotoar nyaris tak ada. Kalaupun ada, penuh lobang.

Masuk ke jalan-jalan kampung, keadaan makin parah. Ada jalan di samping kali. Sebagiannya longsor. Nyaris tak ada perbaikan. Depok adalah kota yang memprihatinkan.

Sudah tiga periode pemerintahan ditangani oleh kader-kader partai keadilan sejahtera. Sepanjang 15 tahun ini, nyaris tak ada perubahan. Hanya ada sedikit gebrakan. Itu pun untuk urusan makan pakai tangan kanan, selasa tidak makan nasi, pemutaran lagu di perempatan jalan, dan wacana penegakan Depok sebagai kota relijius. Ada sedikit upaya mengecat pagar jalan di awal pemerintahan walikota saat ini. Selebihnya adalah macet.

Tahun ini, kota Depok akan menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah. Ini kesempatan emas bagi warga Depok melakukan koreksi atas jalannya pemerintahan yang nyaris tak terasa manfaatnya itu.

Tapi ternyata persoalan kota ini demikian akut. Alih-alih memunculkan calon alternatif bagi kekuatan lama, warga justru harus memilih di antara dua petahana: walikota dan wakil walikota. Hanya itu pilihannya. Nasib.

Dibutuhkan sebuah kekuatan gerakan sosial yang besar untuk mendobrak kebekuan politik di kota ini. Siapa yang akan memulai? Ayo!

Kalau ada waktu, silakan menyimak perbincangan santai dengan tim podcast HAMburger. Boleh juga disebar ke warga Depok jika berkenan. Salam perubahan!

Baca juga:
Saidiman Ahmad
Latest posts by Saidiman Ahmad (see all)