
Nalar Warga – Dikit-dikit menuding pendangkalan akidah, rusaknya akidah. Tapi dalilnya tidak jelas. Sementara yang jelas-jelas ada dalilnya, justru diabaikan.
Sering tuh, dalam rangka menuding-nuding orang lain rusak akidah, justru orang melakukan hal-hal yang mendangkalkan akidahnya.
Contohnya apa?
“Tidak beriman seseorang di antara kamu hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
Bunyi lafal hadisnya dalam bahasa Arab “laa yu’minu ahadukukum”, kalau diterjemahkan secara literal, persis seperti yang saya jelaskan di atas. Tapi ada juga ulama yang memaknainya sebagai “tidak sempurna iman seseorang di antara kamu”.
Apa pun tafsirnya, cinta pada saudara itu terkait langsung dengan iman. Tidak mencintai bisa bermakna tidak beriman, atau setidaknya tidak sempurna imannya. Singkat kata, akidahnya tergerus.
Bagaimana mencintai itu? Coba bayangkan kita mencintai diri sendiri. Apakah kita akan mencubit diri sendiri, atau melukai? Tidak. Maka, kita tidak boleh melukai saudara kita secara fisik. Apakah boleh kita melukai perasaannya? Tidak boleh.
Nah, bayangkan ada begitu banyak orang, yang mengaku sedang memperjuangkan bersihnya akidah. Ketika melihat saudaranya yang menurut dia bertindak salah, apa yang ia lakukan? Ia mencaci. Kafir, sesat, munafik, fasiq, dan seterusnya. Itu perbuatan menyakiti, bukan?
Lho, kan dalam rangka amar makruf, kata mereka. Ya, amar makruf itu harus dilakukan dengan makruf juga. Wajaadilhum billati hiya ahsan. Terhadap yang berbeda akidah saja kita dituntut untuk berdebat dengan cara ahsan, santun. Apa lagi sama sesama muslim.
Amar makruf itu basisnya cinta. Cinta itu tidak menyakiti. Kalau menyakiti, berarti tidak cinta. Tidak cinta, tidak beriman. Atau setidaknya, kurang sempurna imannya. Dangkal akidahnya.
Lalu ada lagi deretan hadis yang narasi awalnya seragam, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah……”
Isi titik-titik itu ada berbagai jenis, yang nanti akan dibahas. Tapi narasi awalnya mirip dengan hadis yang dijelaskan pertama tadi. “Barang siapa yang beriman hendaklah….” Artinya, kalau ia tidak melakukan yang “hendaklah” itu, artinya ia tidak beriman, atau imannya dangkal.
Apa saja itu? Hendaklah yang dimaksud adalah:
- Berkata yang baik atau diam.
- Memuliakan tamu.
- Memuliakan tetangga.
Artinya, kalau kita tidak melakukan itu semua, maka kita dangkal iman. Dangkal akidah.
Cuma itu saja? Itu contoh saja. Arti luasnya, kalau engkau beriman pada Allah dan hari akhir, hendaklah kamu menjadi manusia yang baik, yang tidak menyakiti orang lain, mendatangkan manfaat serta kedamaian bagi orang lain. Orang melihatmu merasa nyaman.
Nah, kalau kau membuat onar, mencaci maki orang, termasuk saudara-saudaramu, apakah kau sedang mengamalkan ajaran tadi? Kalau melihatmu orang jadi merasa takut atau terganggu, apakah kau sedang menjalankan ajaran Islam?
___________________
Artikel Terkait:
- Murid Budiman - 1 September 2023
- Budiman Sudjatmiko, Dia Pasti Adalah Siapa-Siapa - 30 Agustus 2023
- Mereka Lupa Siapa Budiman - 28 Agustus 2023