
Ada ribuan sarjana teknik yang sangat bisa untuk membuat pembangkit listrik mikrohidro.
Salah satu defisit terbesar ekonomi Indonesia adalah transaksi berjalan di sektor BBM untuk menyuplai listrik dan kendaraan motor.
Sampai hari ini, kita tidak mau (padahal sebenarnya sangat bisa) untuk keluar dari problem ini. Salah satu untuk mengurangi defisit ini adalah membangun pembangkit listrik tenaga air..
Indonesia itu sangat bisa swasembada listrik, bahkan tiap desa. Foto di atas itu adalah pembangkit tenaga mikrohidro yang hanya mengandalkan selokan yang airnya mengalir permanen.
Kita tidak usah meniru Cina yang membendung sungai ganas seperti Hwang-Ho (Sungai Kuning yang sekarang kita sebut Huang He) dan Yang Tse Kiang (Sungai Panjang) untuk membuat pembangkit terbesar dunia. Kalau malas, gunakanlah teknologi mikrohidro.
Tiap desa di Jawa itu pasti teraliri sungai dan selokan. Ada sungai-sungai besar di tiap provinsi yang bisa kita gunakan untuk pembangkit listrik yang besar. Tapi kalau malas, ada sungai kecil dan selokan yang juga bisa digunakan sebagai pembangkit.
Di Cina, selain berguna untuk pembangkit listrik, sungai Hwang-Ho dan Yang Tse Kiang juga berguna untuk pertanian, industri, dan rumah tangga. Jadi, airnya tidak terbuang percuma ke laut.
Selokan dan sungai-sungai kecil itu sangat banyak. Bahkan jutaan di desa-desa dan pegunungan. Tapi kalau malas, cukup buat satu turbin listrik di tiap kecamatan untuk menyuplai.
Di Indonesia, masalahnya itu bukan bisa atau tidak, tapi mau atau tidak. Ada ribuan sarjana teknik yang sangat bisa untuk membuat pembangkit listrik mikrohidro ini, tapi mereka tidak punya modal. Padahal orang pintar seperti mereka itu harus kita libatkan untuk ikut membangun desa.
Baca juga:
- Revolusi Sosial 1945 - 23 Agustus 2019
- Meluruskan Sejarah Pati - 23 Agustus 2019
- Pusing Soal Pembangkit Listrik? - 6 Agustus 2019