
Kupikir cintaku itu kamu.
Yang selalu menemani hari-hariku
Sampai-sampai aku dibuat lupa waktu karenamu
Di setiap duduk menghadap pemilikmu
Selalu kuselipkan namamu di setiap doaku
Agar sang pemilikmu mengetahui maksud tujuanku
Untuk menjadikanmu cinta pertamaku
Dan berharap kita bisa bersama sampai menjadi debu
Lalu kenapa kau sering menghindar begitu
Dan mengapa harus jadi seperti itu
Apakah sang pemilikmu tak menyetujui maksud baikku?
Atau dia telah menyiapkan yang terbaik untukmu?
Lalu mengapa ia mengizinkan aku untuk mengecap rasa bersamamu
Apakah ini yang dinamakan cinta semu?
Sebuah Sajak untuk Patah
Mungkin sekarang aku pasrah
Sayap-sayap harapan yang dahulu tumbuh
Kini telah patah
Oleh kekecewaan yang tumpah
Dan juga hati yang terbakar oleh amarah
Mungkinkah
Kita saling mencinta di waktu yang salah?
Apa kita tidak diizinkan untuk saling membuat kisah?
Atau muncul seseorang yang membuat cinta kita menjadi punah?
Entahlah
Mungkin saja kau sedang resah
Memilih yang gagah nan indah
Atau memilih yang tak acuh nan rendah
Tetapi ya sudah
Ini hanya sebuah risalah
Dari seorang penceramah
Yang jiwanya sedang tercurah
Karena hatinya yang sedang patah
Terkungkung Rindu
Tak masalah doaku terhambat di gelapnya malam
Mungkin saja ia sedang menghamparkan sejadah di balik ruang yang temaram
Mengangkat kedua tangan
Seraya berdoa agar kita segera dipertemukan
Benar saja sabda pepatah dahulu kala
Bahwa ketika ditahan, rindu akan makin merana
Tertahannya berjuta rasa
Yang makin terkungkung di dalam dada
Tapi apa daya
Jarak kita beratus-ratus kilometer adanya
Terbentang di antara tembok-tembok dan juga menara
Bahkan naik kereta harus 4 jam lamanya
Mungkin tak akan ada lagi sebuah kata yang terucap
Tak ada lagi mata yang saling menatap
Hanya tersisa embusan cerita di balik ratap
Sembari menunggu hari esok, dan berdoa semoga keadaan ini tidak akan lama untuk menetap
Kita Sirna
Perjuanganku berujung kelabu
Ketika kata “Kita”
Seakan-akan telah sirna
Oleh bedebah penjelajah waktu
Aku dibuatnya pilu
Bagai terhunus pisau
Hingga meringis penuh kesakitan
Walau tak pernah terlihat di mana sayatannya
Jiwaku meronta penuh kemarahan
Hatiku patah penuh kehancuran
Namun hanya menuliskan beberapa patah katalah yang bisa kulakukan
Semoga kita bisa kembali bertemu di lain kesempatan
- Ranjau Sendu - 29 Juli 2021