
Roman Masa Lalu 1
Setelah beberapa tahun terpisah, kini bayangnya teringat kembali dalam ingatanku. Kita terpisah bukan karena kehendak kita berdua, tapi karena kehendak orang tua. Aku mencoba menghargai keputusan orang tuanya dan berusaha melupakannya walaupun dengan berat hati dan perih yang aku derita. Secara perlahan aku pun bisa melupakannya.
Malam itu, saat malam mulai sepi, aku buka materi kuliahku dengan pelan, santai, sambil ditemani secangkir kopi, aku pun menikmati bacaan itu. Setelah larut malam tanpa terasa aku sudah mulai merasa capek dan segala macam. Aku akhiri bacaanku sembari mematikan lampu kamarku. Aku yang susah tidur jika malam sudah terlanjur larut, kini merasa sepi seorang diri.
Di luar, di tengah malam gelap gulita aku mendengar riuh angin tidak seperti biasanya. Tirai jendela melambai-lambai, pintu jendelapun bergoyang-goyang karena laju angin yang begitu kencang. Nanyan Serpihan angin yang masuk menyelinap di sela-sela jendela kamarku, rupanya diam-diam meninabobokanku dan akupun tertidur dalam pelukannya. Waktu itu, kira-kira jam dua balas malam lebih tepatnya.
Tapi entahlah, tak lama kemudian mengapa bunyi tirai yang melambai-lambai dan jendela yang bergoyang perlahan membangunkanku kembali dari tidurku. Kala itu, aku jadi sangat gelisah, jiwaku tidak tenang, tidak seperti biasanya. Bathinku bertanya-tanya apa maksud tirai itu – kenapa ia membangunkan aku”?
Tapi yang pasti kala itu batinku dibuat tidak tenang karena Disa kini mulai teringat kembali dalam pikiranku setelah sekian lama aku melupakannya. Tawa manisnya, gaya manjanya, caranya merayuku, semuanya sulit terlupakan. Malam itu menjadi malam di mana aku sa . . . ngat merindukannya. Walaupun aku tidak tau dimana dia sekarang? Dengan siapa dia tinggal? Inginku sekali bertemu dengannya sebab aku tau dia pasti masih setia menjaga perasaannya untukku.
Sekarang aku putuskan untuk pulang kampung dan meninggalkan kuliahku karena sudah tidak kuat menahan semuanya. Bayangnya kini bukan hanya membuatku gelisah tapi aku bisa dibuat gila karenanya.
Tiba di kampung, ternyata dia masih cantik, manis, anggun, seperti sedia kala tiada yang berubah darinya. Tapi aku hanya bisa melihatnya dari depan rumahnya. Aku takut dia akan terpukul kembali jika aku langsung menemuinya.
Aku memilih duduk santai bersama tetangganya sambil melirik wajah eloknya agar kerinduanku selama ini terlepas sudah. Kebetulan orang itu adalah bibinya yang tau banyak hal tentangnya. Aku bisa bertanya pada bibinya semua tentangnya, mulai dari keadaannya sampai pada kedua orang tuanya.
Tapi sayang sekali ternyata ayahnya sudah meninggal dua tahun yang lalu karena penyakitnya yang sudah lama ayahnya derita. Setelah itu dia selalu kesepian tanpa teman, melamun dan duduk sendirian di depan rumah kata bibinya. Aku turut berduka atas segala musibah yang menimpanya.
Aku tidak tega melihatnya aku minta idzin sama bibinya untuk menemuinya dan iapun mengidzinkanku. Aku ketok pintunya sambil mengucapkan salam “assalanya alaikum“. Setelah itu dia membukakan pintu untukku sambil menjawab “walaikum salam warahmah“.
Seketika melihatku, dia langsung peluk erat tubuhku sembari memohon “tolong jangan tinggalkan aku, tolong jangan tinggalkan aku, tolong jangan tinggalkan aku lagi” (kata Disa). ”Disa apakah kamu lupa bahwa kamu sudah punya tunangan?” (tanyaku dalam hati).
Roman Masa Lalu 2
Berat sebetulnya aku untuk melepasnya. Tapi entahlah pertemuan malam ini adalah untuk yang terahir kalinya aku dan Disa bertemu, untuk saling meminta maaf jika selama ini ada yang salah, untuk mengucapkan selamat berpisah, dan tetap saling mendoakan walau kelak kita sudah berjahuan.
Waktu sudah dekat, rupanya besok adalah hari pernikahannya dengan laki-laki pilihan orang tuanya. Sedangkan aku besok pagi harus kembali ke Jogja walau bukan waktunya untuk kembali. Maafkan aku Disa aku tidak bisa menunggu pernikahanmu. Bagiku ini adalah jalan yang terbaik sebelum air mataku ini menjadi darah.
Malam telah berlarut dan dia harus segera pulang sebelum dicari oleh orang tuanya. Sebelum aku pergi Disa, bolehkan aku minta satu hal padamu”?. (tanyaku pada Disa). Apa itu”? (jawab Disa).
Maukah kamu bersalaman dan mencium tanganku untuk yang terakhir kalinya?… Haha, oh ya aku lupa Disa, kamu kan anak pesantren kamu pasti tidak mau, ya sudahlah itu ngga apa-apa (jawabku).
Setelah itu dia hanya diam tidak memberikan jawaban apapun. Situasi mulai berubah, aku lihat ada air mata yang mengalir dari pipinya. Dia mulai menangis tersedu-sedu. Aku kira dia tidak akan melakukannya. Dia gerakkan tangannya sembari mengambil tanganku, dan menciumnya dengan penuh mesra.
Sebelum berpisah dia mengingatkanku tentang sebuah kisah mesra dahulu kala. Oh ya, kamu masih ingat ngga, dulu waktu kamu masih SMP, sebelum kamu mondok aku pernah mengajakmu. Saat itu kamu sedang duduk santai di depan rumahku, aku ajak kamu rujak dan makan bareng di rumahku, dan kamu bilang padaku “Disa mau ngga kamu aku suapin”? Tapi aku tolak soalnya waktu itu aku masih malu sama kamu hehe – lucu ya?. (kata Disa) Ia lucu banget (jawabku).
Aku tahu, sebetulnya maksud Disa tiada lain hanya untuk menghibur diri karena detik ini jua kita akan berpisah. Disa, maaf ya, malam ini aku tidak bisa mengantarmu lagi pulang sampai di depan rumahmu seperti biasanya karena kamu sudah bukan milikku”. (kataku). Ia, ngga apa-apa aku bisa pulang sendir ko. (Jawab Disa).
Setelah pertemuan terakhir itu, kini hampir lima tahun aku tidak pernah bertemu dengannya lagi.
Roman Masa Lalu 3
Andai aku bisa menyihir bintang jadi purnama, akan kusihir karang itu jadi permata, bukan untuk apa-apa, agar Disaku indah bersamanya. O iya Disa, bukankah kebiasaanmu selalu minta-minta padaku? Jika aku pergi ke pasar, aku selalu berusaha menyelinap darimu, tapi kamu selalu tau persis kapan aku berangkatnya. kamu memang nakal selalu nyuruh aku belikan oleh-oleh atau apapun. Aku suka dengan kebiasaanmu yang seperti itu.
Ada yang perlu kamu ketahui Disa, kalau aku telah membelikan banyak hal untukmu, tapi sayang kamu telah pergi duluan. Aku belum sempat menuliskan sejarah romantis tentang kita dalam buku harianku, tapi semua kenangan masih tertata rapi dalam hatiku. Jam tangan dan semuanya yang pernah aku belikan untukmu selalu aku bawa dalam setiap tidur malamku, aku selalu tersenyum melihatnya.
Tapi entahlah aku masih sangat yakin bahwa kelak aku akan menuliskan sejarah indah meski di halaman terakhir. Aku belum tau pasti sejarah apa yang akan kutulis dan kapan aku akan memulainya? Apa mungkin aku akan menuliskan kembali sejarah bersamamu seperti dahulu kala? Ah… tidak mungkin.
Roman Masa Lalu 4
Setelah hampir lima tahun kita berpisah, aku tidak pernah melihatnya kembali, aku di Jogja dan dia jauh pergi ikut ke rumah baru orang tuanya dan aku tidak tau dimana alamatnya? Hari itu adalah hari terakhirku melihatnya setelah dia akan dinikahkan dengan lelaki pilihan orang tuanya. Dan hubungan yang kita jalani selama tiga tahun berakhir saat itu juga.
Kini liburan panjang kuliah sudah tiba, aku putuskan balik kampung karena kangen sama orang tua di desa. Sebelum pulang ke rumah aku ingin sekali mampir kerumah temanku terlebih dahulu. Meski jarak rumahnya agak jauh dari kampungku tapi aku masih ingat persis di mana alamatnya. Dia adalah teman MTS-ku di pondok pesantren Nurul Jihad namanya adalah Rahmatun. Keluarganya baik sekali aku disambut ramah dan dipersilahkan masuk sama orang tuanya walaupun tidak pernah bertemu sebelumnya.
Setelah masuk, tiba-tiba secara tidak sengaja aku melihat perempuan yang sedang tertidur pulas di rumahnya, wajahnya kusut, dan sedikit ada linangan air mata yang sedang mengalir di pipinya, badannya kurus, rambutnyapun berantakan. Tapi sayang aku tidak bisa melihat dengan jelas wajahnya sebab ditutupi oleh kerudung yang sedang dipakainya. Aku lihat di bawah bantalnya ada banyak surat-surat kecil dan beberapa benda lainnya yang masih terawat. Di tangannya ada pula selembar kertas tebal yang sudah terlipat-lipat dan dipegang erat di atas dadanya.
Aku penasaran sekali ingin tau kertas apa yang sedang ia pegang. Aku arahkan tanganku tanpa tersadari dan mengambilnya secara pelan-pelan. Setalah aku lihat ternyata itu adalah foto aku bersama Disa dulu waktu aku masih MTs. Aku jadi penasaran ingin tau siapa sesungguhnya perempuan itu. Aku singkirkan kerudung yang menutupinya dan ternyata itu adalah Disa.
Loh, ko itu Disa? (tanyaku pada temanku Rahmatun sambil terkejut). Ia itu Disa mas dia temanku sedang main juga (jawab Rahmatun).Lalu pernikahannya dengan tunangannya gimana? (tanyaku). Ooo…. itu. Pernikahan itu gagal mas. (jawab Rahmatun). kobisa?. ia mas sebab waktu itu, menjelang Disa mau dinikahkan dia sakit parah hingga pernikahan itu digagalkan sama ibunya, sampai saat ini dia masih sendiria. (jawab Rahmatun).
Hatiku benar-benar shock seakan tidak percaya mendengar kenyataan itu. Saat itu aku benar-benar tidak tau kalau pernikahan itu gagal.
*Klik di sini untuk membaca cerpen dari penulis lainnya.
- Miftahul Huda dan Radikalisme Pesantren - 4 Januari 2018
- Jokowi dan Politik Zaman Now - 31 Desember 2017
- Kernet - 29 Desember 2017