
Cendekiawan Yunani Kuno telah mengembangkan teori tentang cinta dengan menarik konsepsi yang berbeda terhadapnya dibagi menjadi empat bagian, yakni:
Pertama, Agape merujuk pada jenis cinta yang kita rasakan kepada pasangan dan anak-anak. Jenis cinta tidak tergantung pada kualitas pada pribadi yang dikasihi, seperti rupa, bakat, sisi lembut, dan sebagainya. Jenis cinta ini lebih mengharapkan kebaikan untuk orang terkasih.
Kedua, Eros yakni bentuk cinta secara romantis yang didasarkan pada nafsu atau berahi. Penghargaan terhadap orang lain sebagai orang yang dikasihi hampir tidak ada dalam jenis ini melainkan yang ada hanya mencakup nafsu.
Ketiga, Philia adalah cinta murni tanpa nafsu kepada orang lain. Cinta jenis persahabatan untuk orang-orang di sekitar kita karena memandang dan memperlakukan mereka sama seperti diri kita sendiri. Yunani-Romawi zaman dulu menyebutkan di mana lagi ada persahabatan kecuali di tempat ada kepercayaan dan kehormatan serta tempat orang memberi dan menerima yang baik.
Keempat, Stroge mengarah secara khusus pada kegemaran yang senang dilakukan seperti sepak bola atau juga bisa mencakup cinta pada negara. Cinta jenis ini mengandung makna bawaan yang tidak berkaitan sama sekali dengan pikiran atau perenungan.
Pada tahapan masa remaja akrab terdengar sebagai masa yang paling sensitif dan rentan terhadap impresi yang fantatis dan puitis. Dengan ini pengenalan cinta pertama serta nuansa warna-warninya menjadi suatu hal yang magis dan menyenangkan.
Sering kali perempuan menggambarkan cintanya merujuk pada tingkatan agape sedang pada pria kebanyakan menunaikannya pada tingkat eros. Hasrat, imajinasi, dan pengendalian diri menjadi satu kesatuan yang seharusnya dapat dibedakan antara apa yang disebut keliru, benar, atau salah.
Sayangnya tradisi “kepolosan” atas nama cinta masih turun temurun dimiliki kaum muda. Padahal ruang lingkup menjadi terlalu sempit jika mendefinisikan kehidupan yang utuh, lengkap, indah, dan sempurna segalanya adalah cinta. Oleh karena itu, pada masa ini jauh lebih penting bagi untuk memulai regenerasi batin sehingga akal budi menjadi kaya dan jiwa semakin baik.
Baca juga:
- Mempertanyakan Cinta menurut “Aku Berpikir, Maka Aku Ada” Rene Descartes
- Konsep Cinta dalam Hubungan Internasional
Sementara, fenomena yang diwajarkan terjadi banyak remaja yang bahkan masih berstatus sebagai pelajar menganggap bahwa keindahan berpacaran di masa muda hanya bisa dinikmati satu kali dalam hidup olehnya itu, mereka tidak ingin memberi batasan atas diri.
Demi kekasih, seorang perempuan akan rela membohongi orang tuanya yang penuh kasih. Mereka bisa nekat melalukan hal yang didorong hasrat lelakinya yang berkata bahwa cinta adalah pelukan, ciuman atau hal indah yang lebih dari itu. Lalu, mereka didukung lagu-lagu sendu romantic, monolog puisi cinta yang disalah artikan maknanya dan sekejap menjadi lupa bahwa jabang bayi juga bisa lahir dari rahim yang masih sangat belia.
Umumnya, laki-laki merupakan makhluk visual yang menyebabkan nalar mereka goyah akan sebab akibat sex before marriage dengan ini menjadi akar timbulnya pemaksaan aborsi. lebih buruknya lagi, perempuan menjadi satu-satunya korban yang mendapati penghinaan dan intimidasi serta tidak memeroleh hukum yang berpihak pada hak asasi untuk perlindungan dirinya.
Wajah-wajah yang belum melek pengetahuan dasar tentang seks kerap berbangga hati dan menilai teman sebayanya tidak trendy karena tidak mengikuti pola cinta pertama yang sama dengannya. Temannya belum mencoba kenikmatan yang sudah ia rasakan bersama pujaan hati. Arus perkotaan pun seakan memvalidasi fenomena kehidupan malam atas tindakan remaja-remaja ini sebagai kebanggaan gaya hidup di ibu kota dengan ini mereka juga beranggapan bahwa aborsi sebenanya bukan aib.
Sedang, pada kenyataan fakta terburuk perempuan yang mengandung atau pun telah melakukan persalinan paksa sebelum usianya mencapai 18 tahun dapat terjadi pendarahan berat, infeksi, sepsis, kerusakan Rahim, endometritis, dan infeksi peradaangan punggul. Ini juga menjadi penyebab bertambahnya persoalan besar negara, antara lain kemiskinan yang bertambah, rendanya partisipasi sekolah, tingginya angka pengangguran, angka kematian ibu, angka kematiaan anak dan sebagainya.
Selain itu, tingkat depresi yang timbul pada remaja persoalan utamanya disebabkan masalah cinta, yang di kemudian hari di antara mereka bisa saja memilih mengakhiri hidup dengan bunuh diri karena tidak memiliki pendengar, tidak punya harapan, motivasi hidup, kehilangan daya minat, tidak mendapat bantuan tempat dan rasa aman.
Pada fakta di lapangan yang terjadi, lebih banyak berhasil happy marriage pada pasangan yang belum pernah melalukan seks sebelum pernikahan. Nilai-nilai agama yang dapat dibenarkan bahwa yang terjaga untuk yang menjaga diiringi niat, sabar, muhasabah, tawakkal, dan istikamah.
Sekarang, perempuan harus menunaikan dirinya menjadi manusia dalam arti yang sesungguhnya memerdekaan diri sendiri dari belenggu kepalsuan dunia. Sejatinya, harta yang tidak bisa dirupiahkan nilainya bagi perempuan adalah harga diri yang tentu sungguh tidak sebanding jika hanya ditukar dengan romantisasi kepuasan cinta masa muda.
Baca juga:
- Puisi, Politik, Sihir, dan Kita? - 3 Desember 2023
- Romantisasi Duka Melalui Pemuliaan Cinta - 11 November 2023
- Adu Rayu Menuju Pemilu 2024 - 4 November 2023