
Angin Tersenyum
Shehzad,
angin semilir berhembus dengan aroma samudera
membuai tubuhku hingga lena dalam rindu
Aroma samudera ini, Shehzad
mengingatkan bahtera yang kau tumpangi dahulu
karam dekat dermaga di mana camar bersahutan
dan senja berwarna merah
Saat itu kita bertemu
kau dengan gamis kecoklatan dan sepatu kulit terjinjing
sedang aku berlumur pasir putih basah di bibir pantai
Kita saling memandang di bawah langit yang merona
lalu kau menertawakan karena beberapa helai rumput laut
tersangkut pada rambutku yang kusut dan basah
Senja itu, Shehzad
aku melihat sinar keperakan muncul dari antara rambut dan turbanmu
Sinar keperakan kecil-kecil yang kemudian berpencar sembunyi
di antara daun-daun kelapa di hutan pinggir pantai
Kau berjalan dengan tenang menuju sebuah bangunan tinggi di balik bukit karang
Shehzad,
hari itu hari yang indah
tawa dan deretan gigimu yang putih
masih kuingat hingga kini
Serafiniam
Adakah Senja Ini Kita Bersua
Shehzad,
dari kubus-kubus mimpi yang timbul sebelum petang usai
adalah namamu yang pertama-tama tumbuh
Malam terasa begitu dungu memperdengarkan
kerinduan yang berdengung terus menerus
Tidak adakah perjumpaan sejenak untuk meredamnya?
Dan rembang pagi begitu cahaya
Wajahmu adalah matahari
aku menari dalam hangatnya
Lihatlah, zaitun berbuah lebat
Kusiapkan anggur muda masam segar
kesukaanmu di meja bawah teduhnya
Serafiniam
Shehzad, Ingin Kulukiskan Langit Jerozanesch?
Kabut tipis adalah tirai yang cukup pekat
menghalangiku melihat Caelum, Eridanes
hingga Cancer
Tapi cinta membuat rembulan cukup berarti
di antara dahan ketapang dan mahoni
sebentar lagi pucuk merah
serta halogen yang berjajar
di sepanjang north rottenroad.
Pengemudi Gyozcv berkerumun
di sentra tiga cevroth mengudap jagung
dan kedelai rebus bersama jwyth panas
Kunang-kunang modern setia menerangi jalan
sepanjang malam mereka suka sekali
mengucap mercy dan fortuner
sayap mereka hitam dan karet
Di sini tidak dingin
meski berangin
Sebentar lagi apa yang dikatakan Septyhbr
soal hujan, sungai dan telaga?
Serafiniam
Matahari
Shehzad,
cahaya begitu kuat
sampai kepadaku
siang ini
membakar separuh bumi
dalam api tak kasat mata
membuat embun-embun menjadi gaib
dan daun-daun jatuh memeluk bumi
Dan dalam terik yang demikian
kukenang cintamu
musim gugur tahun lalu
saat tanganmu terulur
di antara daun-daun batai dan
pandanganku menjadi terang
Serafiniam
Perkamen
Shehzad,
tidak ada senja hari ini. Tirai malam memeluk kenangan tentang pagi yang berlari.
Di ruang ini tidak ada pula lilin, Shehzad, hanya rembulan yang lembut menerangi papirus di mana kutuliskan perjalananku selama kau mengampu tugas sepanjang Liong Lan St.
Tidak ada satu pun yang dapat menembus pertalian kita dan menimbulkan luka, Shehzad, meski jarak dan peperangan terus berlangsung di antara Chorn, Messakh, dan beberapa negara di Tirozch Farnaway. Tidak ada, kecuali mereka memahami rahasia besar tentang cinta dan kemanusiaan. Tidak ada, Shehzad. Tidak akan ada.
Shehzad,
ingin kubagi padamu tentang ketakutanku saat menembus belantara Antiodros Diogmatisch pagi tadi. Separuh diriku seperti lenyap terhisap antimateri. Kau tahu? Dan hari ini aku memahami apa yang sedang terjadi di udara antara Neim dan Bachrus.
Aku terguncang, Shehzad, aku terguncang karena aku adalah manusia yang berasal dari Jazc. Di Jazc, tali yang berasal dari beberapa perkamen sangat berguna untuk menyembuhkan sakit keras, telah menyertai beberapa peperangan dan memberikan kemenangan, serta membangkitkan beberapa mati.
Namun di antara Neim dan Bachrus, inilah yang terjadi, yaitu simpul-simpul dilepaskan, perkamen-perkamen dikerat, dan.. dan.. kau tahu, Shehzad? Di antara urat dan dagingku sangat terasa sayatan-sayatan itu.
‘Kebebasan’, mereka meneriakkan kata ini berulang kali. Kebebasan dan kemanusiaan adalah hidangan yang sangat lezat, harumnya hingga Nirvana, Shehzad! Entah apa pendapat Nirvana, mungkin itu tak akan penting, karena penguasa dunia kita adalah manusia sepenuhnya. Namun kita tetap terhubung dengan mereka.
Shehzad, masa apa pun yang akan datang ke hadapan kita, aku merindukan penyulingan anggur. Baiklah kita ke sana beberapa hari ke depan. Kita akan duduk berdua di bawah tarbantin. Masih ada sepohon ara di sana, luput dari tebasan pasukan Argod Yang Agung, mungkin sekali buah-buahnya matang benar saat kita tiba esok.
Shehzad, dalam peluk dan cium kudus kusertakan doa di akhir penyeranta ini. Semoga engkau sejahtera.
Serafiniam
Ratapan
Shehzad,
di antara remang yang telah menjadi dunia kita bertahun-tahun, di antara bayang-bayang luka dan pintu harapan, sulur-sulur hidup terus mendaki ke arah cahaya yang lebih benderang.
Namun, adakah kau rasakan kepedihan yang sama, menciptakan air mata sebagai tirai pemisah keriangan jiwa dengan kenyataan yang berderai ke segala arah.
Shehzad,
seperti kata yang terdengar hanya selama diucapkan indra, begitu juga tubuh yang hanya bisa kita rasakan ketika ia masih hidup, apakah demikian juga luka yang diterima dalam timbunan tanah kemarin?
Shehzad,
apakah kata-kata bisa menjadi seperti lautan, mempunyai ombak, mempunyai angin? Dengan keduanya gelombang bertubi-tubi tercipta, menggerakkan perahu ini ke dunia impian.
Dunia di mana pesawat terbang adalah tubuh-tubuh mungil, polos, jujur, dan riang. Di mana pencakar langit adalah senyum remaja mengembang. Di mana pohon-pohon adalah dewasa yang naung. Di mana tarian adalah ritual, dan nyanyian adalah pertautan segala sesuatu; ombak, angin, pantai, gunung, sungai.
Di mana yang tidak ingin aku sebutkan tidak ada.
Dingin semakin mengepung temaram, Shehzad, dan Jerozanesch tetap beku dalam pengertian.
Serafiniam
___________________
*Klik di sini untuk membaca sajak-sajak lainnya.
- Sekelumit tentang Pentingnya RUU PKS untuk Segera Sah - 12 Oktober 2019
- Membudayakan Cinta Buku Melalui Film - 19 September 2019
- Luviana dan Perlawanannya atas Diskriminasi Media dalam “More Than Work” - 13 September 2019