Selebritas Agama

Selebritas Agama
©Ist.

Nalar Warga – Di Indonesia, banyak tokoh agama yang kaya raya dan hidup bagaikan selebritas hanya karena mereka mampu mengemas dakwahnya. Seakan mereka sebagai endorsement orang bisa masuk surga dan neraka.

Dari EO, mereka mendapatkan uang dengan tarif yang tidak murah. Dari stasiun TV, mereka dapat air time fee sesuai rating acara mereka. Dari biro iklan, mereka dapat advertising fee sebagai model iklan. Dari penerbit, mereka dapat royalti atas buku yang mereka terbitkan.

Dari travel biro umrah, mereka dapat uang untuk meng-endorse pemasaran dan sekaligus menjadi mentor jemaah umrah VVIP. Dari politisi dan partai, mereka dapat uang agar menggiring umatnya menjadi kayu bakar dalam gerakan politik.

Apakah mereka peduli kalau terjadi hal buruk terhadap Anda? Nothing.

Kalaupun gerakan moral dilakukan, melibatkan mereka tentu ada ongkosnya. Mereka tidak salah, tetapi Anda yang salah persepsi terhadap mereka. Bahwa mereka hanya berbisnis, dan agama hanya bagian dari marketing concept.

Apakah mereka hipokrit? Kita tidak tahu. Karena niat sesungguhnya hanya mereka dengan Allah yang tahu. Tetapi hidup bermewahan tanpa kerja keras adalah memabukkan.

Di era sekarang, di era keterbukaan, jangan teperdaya dengan sikap orang saleh, gaya selebritas, memimpin doa dalam tangis. Itu bukanlah sesuatu yang luar biasa. Karena bintang film lebih mampu berbuat seperti itu sesuai naskah cerita.

Tentu tidak semua tokoh agama berbisnis karena label agama. Masih banyak ulama dan tokoh agama yang zuhud (rendah hati), yang menolak semua uang karena dakwah dan kegiatan amalnya. Mereka hidup dari mengelola koperasi agar umat mandiri, berdagang.

Baca juga:

Mereka tidak kaya secara materi, namun, karena mereka, agama tetap sebagai inspirasi orang untuk tetap di jalan tuhan. Mereka menjadi cahaya dalam kegelapan dan mata air ilmu yang mengajarkan kesejukan dan cinta, tanpa berpamrih.

Ingatlah bahwa apa pun keputusan dan sikap Anda, maka Anda sendiri yang akan mempertanggungjawabkannya di hadapan tuhan. Anda tidak bisa excuse di hadapan tuhan hanya karena Anda mengikuti apa kata ulama. Mengapa? Karena tuhan telah memberi akal untuk Anda berpikir.

Kalaulah niat dan ibadah itu diridai tuhan, tentu Anda akan terhindar dari penipuan, pembodohan, dan lain-lain. Jangan lagi tergoda dan tergantung manusia atas perbuatan Anda, tetapi bergantunglah kepada tuhan. Karena itu, gunakan akal.

Anehnya sekarang, merasa lebih rasul daripada rasul. Sedikit-sedikit tersinggung kalau perspektif orang lain tentang agama berbeda dengan kita. Langsung tersinggung dan lapor ke polisi, terus demo.

Saya rasa ini tidak sedang meneladani akhlak agung rasul. Tidak sedang meninggikan syiar islam. Tetapi justru sedang mempertontonkan rendahnya akhlaknya sendiri di hadapan orang lain.

Itu sama dengan benci karena ketidaksukaan. Itulah yang menimpa Gus Muwafiq. Orang tidak suka karena sebetulnya mereka ingin seperti beliau, tetapi tidak mampu. Makanya, yang bisa dilakukan adalah kebencian tak berujung. Sedikit ada masalah, akan menjadi besar dan dibesarkan.

*Salma Brecht

Warganet
Latest posts by Warganet (see all)