
Ulasan Pers – Kekhawatiran bahwa gerakan radikal Islam membatasi kebebasan pers hampir sulit dibuktikan. Justru, kebanyakan penindasan yang terjadi terhadap awak media dilakukan oleh pemerintah (kekuasaan), bukan ormas atau masyarakat.
Hal tersebut bisa kita lihat di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim di mana kekuasaan acap mengambil tindakan represif terhadap para wartawan. Tak hanya terjadi di kawasan Timur Tengah, tapi juga di Indonesia sendiri.
Berikut ini kami sajikan peringkat kebebasan pers sejumlah negara muslim terbesar versi Reporters Sans Frontières.
#120 Afghanistan
Wartawan di Afghanistan memiliki banyak musuh. Selain Taliban yang gemar membidik awak media sebagai sasaran serangan, pemerintah daerah dan aparat keamanan juga sering dilaporkan menggunakan tindak kekerasan terhadap jurnalis.
Namun begitu, posisi Afghanistan tetap lebih baik ketimbang banyak negara berpenduduk mayoritas muslim lain.
#124 Indonesia
Intimidasi dan tindak kekerasan terhadap wartawan dilaporkan terjadi selama masa kampanye Pilkada DKI Jakarta. Terutama kelompok radikal, seperti FPI dan GNPF-MUI tercatat terlibat dalam aksi pemukulan atau penangkapan terhadap awak media.
Meski demikian, kaum radikal bukan dianggap ancaman terbesar kebebasan pers di Indonesia, melainkan militer dan polisi yang aktif mengawasi pemberitaan di Papua.
#139 Pakistan
Wartawan di Pakistan termasuk yang paling bebas di Asia, tapi kerap menjadi sasaran serangan kelompok radikal, organisasi Islam, dan dinas intelijen.
Sejak 1990, sudah sebanyak 2,297 awak media yang tewas. April silam, Mashal Khan, seorang wartawan mahasiswa tewas dianiaya rekan sekampus lantaran dianggap menistakan agama.
#144 Malaysia
Undang-undang Percetakan dan Penerbitan Malaysia memaksa media mengajukan perpanjangan izin terbit setiap tahun kepada pemerintah. Regulasi tersebut digunakan oleh pemerintahan Najib Razak untuk membungkam media yang kritis terhadap pemerintah dan aktif melaporkan kasus dugaan korupsi yang menjerat dirinya.
Selain itu, UU Anti Penghasutan juga dianggap ancaman karena sering disalahgunakan.
#155 Turki
Perang melawan media independen yang dilancarkan Presiden Recep Tayyip Erdogan pasca kudeta yang gagal 2016 silam menempatkan 231 wartawan di balik jeruji besi. Sejak itu, sebanyak 16 stasiun televisi, 23 stasiun radio, 45 koran, 15 majalah, dan 29 penerbit dipaksa tutup.
#161 Mesir
Enam tahun setelah Revolusi Januari, situasi kebebasan pers di Mesir memasuki masa-masa paling gelap. Setidaknya, sepuluh jurnalis terbunuh sejak 2011 tanpa penyelidikan profesional oleh kepolisian.
Saat ini, paling sedikit 26 wartawan dan awak media ditahan di penjara. Jenderal Sisi terutama memburu wartawan yang dicurigai mendukung atau bersimpati terhadap kelompok Ikhwanul Muslimin.
#165 Iran
Adalah hal ironis bahwa kebebasan pers menjadi salah satu tuntutan revolusi yang menanggalkan kekuasaan Shah Iran pada 1979. Namun, janji itu hingga kini tidak ditepati. Iran masih menjadi kuburan dan penjara terbesar bagi awak media.
Sampai hari ini, tercatat 29 wartawan dipenjara dan belasan media independen diberangus oleh pemerintah.
#168 Arab Saudi
Berada di peringkat 168 dari 180 negara, Arab Saudi nyaris tidak mengenal pers bebas. Internet adalah satu-satunya ranah media yang masih menikmati sejumput kebebasan.
Namun, ancaman pidana tetap mengintai blogger yang nekat menyuarakan kritiknya, seperti kasus yang menimpa Raif Badawi. Ia dihukum 10 tahun penjara dan 10.000 pecutan lantaran dianggap melecehkan Islam.
Sumber: Deutsche Welle, Peringkat Kebebasan Media Negara Muslim.
___________________
Artikel Terkait:
- Rilis Pers: Ravio Patra Ungkap Kebenaran, Bukan Menghina Wempy Dyocta Koto
- Isaiah Berlin dan Wajah Ganda Kebebasan
- Ganjar Pranowo Unggul di Internet dan Media Sosial - 4 Maret 2023
- Orang NU Lebih Pilih Ganjar yang Nasionalis daripada Anies yang Islamis - 2 Maret 2023
- Partai dan Politisi Berebut Ingin Jadi NU - 19 Februari 2023