Pada era globalisasi yang semakin mencengkeram, banyak faktor yang mempengaruhi arah perkembangan ekonomi suatu negara. Salah satu elemen yang muncul dengan pesat dalam diskusi ekonomi Indonesia adalah ekonomi syariah. Menurut Sri Mulyani, Menteri Keuangan Republik Indonesia, peran ekonomi syariah semakin penting di tengah kompleksitas tantangan ekonomi yang dihadapi oleh bangsa ini. Penekanan ini bukan hanya sekadar retorika, melainkan mencerminkan sebuah fenomena yang luas dan mendalam dalam konteks sosial, budaya, dan keuangan.
Pertama, perlu dicermati bahwa ekonomi syariah tidak sekadar tentang halal-haram dalam transaksi finansial. Lebih dari itu, ia berakar pada prinsip keadilan dan kesejahteraan sosial. Dalam konteks ini, Sri Mulyani menekankan bahwa ekonomi syariah berpotensi menghadirkan solusi bagi ketidaksetaraan yang semakin mencolok. Ketika sejumlah besar penduduk mengalami kesulitan ekonomi, sistem ekonomi yang berbasis pada nilai-nilai Islam dapat menawarkan alternatif yang lebih berintegritas dan inklusif. Dalam praktiknya, produknya menjadi berkualitas dan lebih mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dengan cara yang bertanggung jawab.
Kedua, Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia memiliki kesempatan emas untuk mengembangkan sektor ini. Sri Mulyani mencatat bahwa kehadiran ekonomi syariah di Indonesia dapat menjadi pendorong utama pertumbuhan yang berkelanjutan. Berbagai institusi keuangan berbasis syariah telah muncul, menawarkan produk dan layanan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan spiritual, tetapi juga mampu bersaing secara global. Dengan demikian, penguatan ekonomi syariah sejalan dengan visi Indonesia untuk menjadi pusat ekonomi syariah dunia.
Namun, ketertarikan terhadap ekonomi syariah tidak hanya dipicu oleh jumlah populasi, tetapi juga oleh perubahan paradigma dalam visi ekonomi. Sri Mulyani menggarisbawahi bahwa ekonomi syariah menekankan pentingnya etika dalam berbisnis. Sikap transparan dan akuntabel menjadi fondasi dalam setiap transaksi, sehingga meningkatkan kepercayaan konsumen. Ini mengisyaratkan bahwa integritas dalam bisnis menjadi salah satu elemen kunci dalam menarik investor, baik domestik maupun internasional.
Lebih jauh, tantangan yang dihadapi oleh sektor ini tidak bisa dianggap remeh. Membangun ekosistem ekonomi syariah yang solid memerlukan kerjasama semua pihak. Sri Mulyani menyiratkan bahwa pentingnya kolaborasi antara pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat. Pembentukan regulasi yang mendukung pertumbuhan ekonomi syariah menjadi langkah strategis yang perlu diambil. Dalam hal ini, pemerintah harus mampu menyediakan kerangka hukum yang jelas dan komprehensif. Disamping itu, edukasi masyarakat tentang ekonomi syariah harus diperluas agar semua elemen dapat berpartisipasi dengan baik.
Aspek investasi juga merupakan hulu dari potensi ekonomi syariah. Sri Mulyani menegaskan, bahwa sektor ini dapat menarik investasi yang lebih besar jika dikelola dengan baik. Proyek-proyek yang berbasis syariah tidak hanya akan memberikan keuntungan finansial, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan sosial. Misalnya, investasi dalam bidang pendidikan dan kesehatan melalui lembaga zakat atau wakaf. Hal ini tidak hanya memberikan solusi untuk masalah ekonomi, tetapi juga memperkuat kohesi sosial di masyarakat.
Sejalan dengan berkembangnya teknologi, Sri Mulyani juga mengantisipasi peran fintech syariah dalam mengakselerasi transformasi ekonomi syariah. Dalam beberapa tahun terakhir, pemain-pemain baru dalam industri teknologi finansial yang menawarkan produk keuangan berbasis syariah telah muncul. Ini membuka jalan bagi inklusi keuangan yang lebih luas, terutama bagi mereka yang selama ini terpinggirkan dari sistem perbankan konvensional. Melalui platform digital, akses ke layanan keuangan menjadi lebih mudah dan efisien.
Selain itu, kritik dan scepticism terhadap ekonomi syariah juga perlu diantisipasi. Banyak pihak yang berpendapat bahwa sistem ini terkadang dipandang sebelah mata atau dianggap eksklusif. Sri Mulyani dengan bijak menanggapi hal ini, mengatakan bahwa pendidikan dan komunikasi yang efektif adalah kunci untuk mengubah pandangan tersebut. Dalam hal ini, setiap elemen masyarakat termasuk akademisi, praktisi bisnis, dan ulama perlu berkontribusi aktif dalam menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam ekonomi syariah.
Kemudian, untuk mengembangkan ekonomi syariah lebih lanjut, perlu ada sinergi antara praktik lokal dan standar internasional. Sri Mulyani menekankan pentingnya untuk tidak hanya fokus pada pasar domestik, tetapi juga memperluas jangkauan ke pasar internasional. Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki, Indonesia bisa menjadi referensi dalam praktik ekonomi syariah global. Tentu ini bukan langkah yang mudah, tetapi dengan pendekatan yang tepat, hal tersebut bukanlah hal yang mustahil.
Akhirnya, penting untuk menjadikan ekonomi syariah sebagai bagian integral dari kebijakan ekonomi nasional. Menurut Sri Mulyani, pemahaman yang mendalam dan dukungan kebijakan yang kuat dapat menjadikan ekonomi syariah sebagai tulang punggung dalam mendukung ketahanan ekonomi Indonesia di masa depan. Ini bukan hanya tentang pertumbuhan ekonomi, tetapi lebih jauh lagi tentang menciptakan sistem yang adil dan berkelanjutan untuk seluruh lapisan masyarakat.
Melalui semua analisis ini, terlihat jelas bahwa saat ini, pengembangan ekonomi syariah di Indonesia bukanlah sekadar pilihan, melainkan kebutuhan mendesak yang berakar pada realitas sosial ekonomi. Dalam konteks itulah, Sri Mulyani tidak hanya mengarahkan perhatian pada aspek ekonomi, melainkan juga pada etika, integritas, dan nilai-nilai kemanusiaan yang holistik. Sudah saatnya ekonomi syariah tidak hanya menjadi diskusi, tetapi juga tindakan nyata yang mengubah wajah ekonomi Indonesia ke arah yang lebih baik.






