
Rinduku yang putih bangun menulis diri
Di setiap jejak kata yang mengandung kata sifat
Sepasang telinga yang setia jadi kecut mendengarkan
Rindu yang denting begitu nyaring di setiap doaku
Mengingat begitu misteri bagaimana berjumpa denganMu
Aku rajin menuangkan kopi pahit pada bibir pagi
Agar setiap peristiwa merindukanmu
Selalu kukenang dalam kepala
Semoga malam tebal tiba menepis goda
Berselimutkan hangat pelukMu
Sampai kita kembali menitipkan rindu dalam jejaring doa
Sebab mencari aku masih
Rahasia sebuah puisi
Tanggal Empat
Sepasang mata jejaki senja yang tanggal
Di beranda rumah tinggalkan jejak pesan yang dirahasiakan
Aku mencari jalan pulang menuju kenangan
Dengan bekal ingatan sedang kesakitan
Tanggal empat, mengingat perpisahan begitu misteri
Ketika ibu mengucapkan salam perpisahan
Dalam pelukan seorang bocah yang tidak mengerti tentang waktu
Kini semuanya kembali menjelma
Seperti belati sebuah janji
Terkubur di beranda rumah bertahun-tahun
Tiba doa mulai menepi
Rindu kembali menghujani kepala
Terkenang pesan ibu
“Jadikan tanggal empat sebagai tanggal ibu
Yang diam merindukanmu
Dari jarak yang terbilang jauh”
Ruang Tunggu
Sudah kutahu
Kesibukanmu segala
Riuh hujan di langit
Lebat kemarau di bumi
Baiklah aku menunggu
Sampai tiba waktu pertemuan
Menghitung rindu sejumlah hujan
Sebab aku selalu menempatkan gelisah
Di pojok paling temaram
Ketika sedang bercengkerama di ruang tunggu
Bila seluruh ingatan penuh dengan segala ketakutan
Kupastikan tidak begitu mudah menunggu dalam entah
Sebab tumpuk sudah ini luka
Lebih baik mati saja!
- Bidadari Terakhir - 20 April 2020
- Surat Cinta untuk Adonai - 20 April 2020
- Ennu - 19 April 2020