
Elohim…
Terlalu dangkal aku memahamiMu
Sekejap Engkau berbisik
Sekejap pula Engkau berteriak
Bila aku sungguh mengasihiMu
Engkau takjub tanpa senyum
Dan aku ragu tanpa takut
Aku memandangMu dalam doa
Bak menatap angin yang memiliki rupa,
Sembari bertanya, “Apa Engkau akan merana?”
Engkau mengetahuiku tanpa henti
Walau jarak bersembunyi
Walau waktu bersemedi
Kupenggal namaMu,
Dengan sebilah pena,
Agar hatiMu bersimbah kata yang tak terujar
Elohim…
Dalam gelimang sesakku
Rimba cintaMu diterabas
Tiada ladang hati terpatri
Simpul jari terburai
Dalam luapan senduku
Hati melangkah, berjinjit nyeri
Derapnya kian ngeri
Menuju ambang pasrah yang berseri
Dalam ratapku
Inginku menjamahMu
Walau hanya derai angan
Lukiskan hampa yang berisi
Dalam diriku
Berlaksa maksiat berbisik
Menyerukan pasung sunyiMu
Napasku tersengal, turut berbisik
Elohim…
Dosaku berlinang-linang,
di pelupuk mataMu
Sesalku bercucuran,
dalam heningMu
Imanku terlunta-lunta,
mengemis harap di negeri antah berantah
Rapalku berdesakan,
dalam ruang cintaMu
Aku termangu-mangu
Menanti hadirMu yang kian susut
Sujudku meluruh
di dalam rahimMu
*Threnoi, dari bahasa Yunani, artinya ratapan.