Tiba-Tiba Budiman

Tiba-Tiba Budiman
©International Media

Nalar Warga – Entah kebetulan atau tidak, heboh Budiman memang terasa sangat mewarnai isu politik kita beberapa hari ini. Namanya yang seolah tiba-tiba muncul begitu saja serta-merta mengubah konstelasi pencapresan yang kemarin terdengar membosankan.

Ya, bertahun-tahun panggung pencapresan itu memang cenderung terdengar membosankan. Selain calonnya hanya itu-itu saja, isu yang mereka bangun pun juga berkutat pada pengulangan yang sama.

Itu memang membosankan. Rakyat seolah digiring dan lalu diberi hidangan dengan menu yang sama terus dan terus.

Entah dari mana datangnya, tiba-tiba menu baru itu tersedia begitu saja di meja tempat mereka makan. Memang belum tentu enak apalagi cocok, tapi itu jelas kebaruan. Paling tidak, rakyat diberi pilihan yang lebih luas atas sebuah makna selera.

Dalam konteks yang lebih masuk akal dan bersambung, Budiman ingin mengisi software dari hardware yang sudah dibangun pak Jokowi.

Budiman ingin membangun sumber daya manusia Indonesia di atas pembangunan fisik dan infrastruktur yang sudah Presiden buat. Dia tahu dan lalu menjabarkan apa itu konsep meneruskan.

“Emang apa sih kebaruan miliknya?”

Dia punya dua modal sosial, UU Desa dan Reformasi. Suka atau tidak, dua hal besar itu memang tak dapat dilepas dari namanya.

Baca juga:

Dengan modal sosial besar yang tak banyak dimiliki oleh para kandidat capres yang lain, dia menjadi terlalu menarik. Dia dapat berkisah hal menarik tentang sebuah masa depan dengan pijakan masuk akal atas masa lalunya.

Seperti anak panah yang baru akan berguna ketika dia bergerak maju dan maka harus punya tenaga tarikan kuat dari belakang, Budiman punya dasar sebagai pijakan kuat yang dapat dipertanggungjawabkan. Dia punya alasan dan legitimasi untuk menjangkau apa yang pernah dia mulai.

Kemarin, sebelum dia dibicarakan, sosok yang ada dan tersedia selalu hanya itu-itu saja dan selalu berkutat pada isu itu-itu saja. Boring.

Seperti anak panah yang juga punya target atas bidikan di depannya, pencapresan bicara tentang sosok pemimpin masa depan yang tahu benar apa targetnya. Dia bergerak maju dan maka pasti bicara tentang visi dan misi.

Entah kebetulan atau tidak, bisa dibilang, hanya Budiman di antara para kandidat capres itu yang sibuk bercerita tentang itu. Dia terlihat selalu sibuk bicara teknologi saat syarat meningkatkan SDM yang berkualitas adalah keutamaan menjemput masa depan.

Pun posisi negara ini di tengah banyak bangsa lain di masa depan, dia bicara geopolitik. Dia mencermati dengan sungguh semua peristiwa itu dan lalu bersuara demi pantasnya bangsa ini berstraregi. Ada blueprint yang selalu ingin dia keluarkan dari dalam isi kepalanya.

“Apa urgensinya harus Budiman?”

Bila kita merujuk prediksi World Bank atau IMF yang bicara bahwa di tahun 2040 Indonesia akan menjadi negara berpenghasilan terbesar nomor 4 di dunia, itu bicara tentang jumlah penduduknya. Data berkata bahwa jumlah penduduk kita terbanyak nomor 4.

Halaman selanjutnya >>>
Warganet
Latest posts by Warganet (see all)