Tuah Bahasa Indonesia bagi Negeri Ini

Tuah Bahasa Indonesia bagi Negeri Ini
©Republika

Pada pengujung Oktober ini, kita memperingati hari yang sangat bersejarah bagi Bangsa Indonesia, hari Sumpah Pemuda. Kita memperingatinya setiap tahun pada 28 Oktober. Inilah sumpah ketiga bagi bangsa yang berdiam di negeri kepulauan diapit oleh dua benua, Asia dan Australia, dan juga diapit oleh dua samudera, Pasifik dan Hindia.

Sumpah pertama diucapkan oleh Raja Sriwijaya yang hendak menguasai lautan membentang di Nusantara. Sumpah kedua diucapkan Mahapatih Majapahit, Gajah Mada. Sumpahnya yang terkenal adalah Amukti Palapa. “Saya tak akan makan buah palapa sebelum negeri-negeri di Nusantara ini bersatu di bawah bendera Majapahit!”

Dua sumpah tersebut terikrar sebelum negeri ini kedatangan bangsa kulit putih dari Eropa. Setelah Belanda, Portugis, dan Inggris masuk dengan muslihat serta menjajah dengan bendera imperialismenya, perjuangan anak bangsa di negeri ini tak lagi sporadis dan fragmentaris. Banyak perkumpulan atau organisasi yang berusaha mendobrak kemapanan penjajajah dengan cara-cara ilmiah, elegan, dan sistematis. Meskipun senantiasa di bawah tekanan, Sumpah Pemuda terikrar pada kurun waktu ini.

Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegakkan cita-cita berdirinya negara Indonesia.

Sumpah Pemuda merupakan keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928, di Batavia (Jakarta). Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada “tanah air Indonesia”, “bangsa Indonesia”, dan “bahasa Indonesia”. Keputusan ini juga diharapkan menjadi asas bagi setiap “perkumpulan kebangsaan Indonesia” dan agar “disiarkan dalam segala surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan”.

Istilah “Sumpah Pemuda” sendiri tidak muncul dalam putusan kongres tersebut, melainkan diberikan setelahnya. Berikut ini adalah bunyi tiga keputusan kongres tersebut sebagaimana tercantum pada prasasti di dinding Museum Sumpah Pemuda. Penulisannya menggunakan ejaan van Ophuysen.

Pertama: Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kedoea: Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Ketiga: Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia

Bayangkan, apa jadinya negeri ini tanpa bahasa Indonesia? Mungkin tak akan ada negeri dan negara yang disebut Indonesia. Sebab di negeri ini terdapat ratusan bahasa daerah atau bahasa ibu yang digunakan oleh berbagai suku bangsa tersebar di seluruh pelosok Nusantara.

Betapa sangat digdayanya bahasa Indonesia, saya gambarkan dalam puisi “Tuah Bahasa Indonesia”. Inilah pusi selengkapnya yang pernah  saya tulis.

Tuah Bahasa Indonesia

Tuah Bahasa Indonesia bagi insan di persada Nusantara
menjelma perekat baja tak sekadar mencusuar di menara.
Ia milik ratusan suku dengan cerlang budaya tiada terkira
dengan menjunjungnya senantiasa setinggi bintang kejora.
Ia warisan sejarah tapi tak tersimpan dalam kotak pandora.

Meski di tanah air kami berserak Bahasa Jawa, Mandar,
Sunda, Batak, Minang, Lampung, Aceh, Melayu, Banjar,
Dayak, Bali, Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Makassar,
Bugis, dan ratusan bahasa ibu yang membuat kami bersinar
tuah Bahasa Indonesia makin mengurat dan kian berakar.

Meski di tanah air kami berlaga Bahasa Belanda, Inggris,
Mandarin, Korea, Jepang, India, Arab, Spanyol, Prancis,
Jerman, Rusia, Italia, dan Amerika Latin, juga Portugis,
tak jua membuat kami jadi miris teriris apalagi menangis,
malah kami membuatnya bersenyawa bahagia bersinergis.

Bahasa Indonesia adalah  tangan perkasa yang merangkul
manusia yang mengembara di Nusantara lalu bergumul
dalam aneka suara dan sengat keringat tanpa rasa masygul.
Tuah Bahasa Indonesia adalah mesiu dan senjata tak tumpul,
yang berkobar dan berkibar hingga zaman susul-menyusul.

Jakarta, 20 Oktober 2014

Halaman selanjutnya >>>
Syukur Budiardjo
Latest posts by Syukur Budiardjo (see all)