Untuk KPAI: Kita Perlu Berkembang secara Pragmatis

Untuk KPAI: Kita Perlu Berkembang secara Pragmatis
©YouTube

Nalar PolitikKita perlu berkembang secara pragmatis. Demikian @Mentimoen berkicau hari ini. Perkaranya tentang ribut-ribut soal KPAI dan PB Djarum yang hingga kini masih menggelagar di jagat maya.

Di Cina, sebutnya, cara lebih pragmatis senantiasa dipakai. Pabrik-pabrik rokoknya diminta untuk ikut membangun dan mengoperasikan sekolah-sekolah di wilayah-wilayah miskin dan terpencil.

“Idenya, toh pabrik rokok itu gak bisa ditutup, kenapa tidak digunakan?” [telegraph]

Secara ideal, kata @Mentimoen, tentu lebih baik masyarakat lepas dari rokok. Tetapi di negara berkembang seperti Indonesia, rokok masih menjadi sumber penghasilan banyak pihak. Inilah yang mesti jadi pertimbangan.

“Kalau industri rokok dicabut, akan berpengaruh luas. Itu juga terjadi di Cina. Karena sikap pragmatis dipakai.”

Yang penting menurutnya adalah kesadaran bahaya rokok dengan, misalnya, aturan tidak merokok di tempat-tempat umum, disediakannya ruang-ruang merokok di stasiun-stasiun, dan lain sebagainya.

“Kita perlu berkembang secara pragmatis. Tidak main hantam, apalagi menuduh pihak lain melakukan eksploitasi anak.”

Jika pabrik rokok dianggap melakukan eksploitasi anak, lanjut @Mentimoen, maka miris sekali bahwa selama berdeka-dekade, pahlawan-pahlawan olahraga bulu tangkis Indonesia yang menjuarai dunia itu hasil eksploitasi anak. Sebab kasihan jika mereka kemudian dikenang bukan sebagai pengharum bangsa, melainkan produk eksploitasi anak.”

“Apakah anak-anak Indonesia sudah sedemikian bahagia, apakah sudah tidak ada lagi yang perlu diangkat, sehingga KPAI malah menargetkan pencarian bibit pemain oleh PB Djarum? Anak-anak masih banyak yang hidup di bawah jembatan, apakah hak-hak mereka sebagai anak sudah diperhatikan oleh KPAI?” [tw]

Baca juga: